Main Article Content

Abstract

Samudra Pasai, the first Islamic kingdom in Indonesia, its existence was influenced by the discovery of the cruise line across the shores from the Red Sea to India, the Malacca Strait to China. The kingdom is located on the edge of Malacca Strait as maritime kingdom developed as a harbor, commercial city, a heaven for traders from all over the world. The center of Samudra Pasai as a commercial city, many commodities are found. This study aims to provide an overview of the various commodities of the Samudra Pasai, through its cultural expression and identification of historical records, and its continuity in the present. Data collection is done through field observation, interview, and literature study. Archaeological, historical, and ethnographic data have been collected rather then analyzed and interpreted. This research reveals types of commodities of the Kingdom of Samudra Pasai, that is foreign commodities, local commodities, and the continuity of local commodities for export in the present. The artifacts of foreign trade commodities  are ceramics, and tombstones. Local trade commodities are pottery, salt, and pepper. Samudra Pasai pottery is allegedly made for storing containers and for dosage units of trade commodities such as pepper and salt. Pepper is a local exported commodity. The making of pottery, salt, and cultivation of pepper in the surroundings Site of the Samudra  Pasai in the present, is an economic activity that is likely to be a continuation of the earlier period, which has culture relationship since the Samudra Pasai period.

 

Samudra Pasai, Kerajaan Islam pertama di Indonesia, keberadannya dipengaruhi oleh  penemuan  jalur pelayaran melintasi pantai-pantai dari Laut Merah hingga India, Selat Malaka hingga China. Kerajaan ini terletak di tepi Selat Malaka, bercorak  maritim, berkembang sebagai  pelabuhan, kota dagang, tempat persinggahan para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Pusat Kota Samudra Pasai memiliki   pelabuhan dan sebagai kota dagang, banyak dijumpai berbagai komoditas. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai  berbagai  komoditas masa Samudra Pasai, melalui tinggalan budayanya dan identifikasi pada catatan sejarah, serta mencermati kesinambungannya pada masa kini. Pengumpulan data dilakukan melalui tahap  observasi di lapangan, wawancara, dan studi literatur. Data arkeologi, sejarah, dan etnografi yang telah terkumpul dibandingkan, dianalisis dan diinterpretasikan. Penelitian ini telah berhasil  mengungkap jenis-jenis komoditas masa Kerajaan Samudra Pasai, yakni komoditas asing, komoditas lokal, dan kesinambungannya  komoditas lokal untuk ekspor di masa kini. Artefak-artefak komoditas perdagangan asing berupa keramik, dan batu  nisan. Komoditas perdagangan lokal adalah tembikar, garam, dan lada. Tembikar Samudra Pasai diduga dibuat untuk  wadah-wadah menyimpan dan untuk satuan takaran komoditas perdagangan misalnya lada dan garam. Lada merupakan komoditas lokal yang diekspor. Pembuatan tembikar, garam, dan budi daya lada di lingkungan situs Samudra Pasai dan sekitarnya pada masa sekarang, merupakan kegiatan perekonomian, kemungkinan masih kelanjutan dari masa sebelumnya yang memiliki akar budaya sejak  pada masa Samudra Pasai.

Keywords

Pelayaran perdagangan Samudra Pasai komoditas masa dulu masa kini

Article Details

Author Biography

Libra Hari Inagurasi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Peneliti Arkeologi Sejarah di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
How to Cite
Inagurasi, L. H. (2017). Komoditas Perdagangan di Pelabuhan Internasional Samudra Pasai pada Masa Dulu dan Masa Kini. Kapata Arkeologi, 13(1), 21-36. https://doi.org/10.24832/kapata.v13i1.375

References

  1. Ambary, H. M. (1993). Tinggalan Arkeologi Samudra Pasai. In Pasai Pelabuhan Jalan Sutra Kumpulan Makalah Diskusi (pp. 65-95). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  2. Brown, P. (1959). Indian Architecture Islamic Period. Bombay: D.B. Taraporevala Sons & Co PVT. Ltd.
  3. Cortesao, A. (1944). The Suma Oriental of Tome Pires an Account of The Red Sea to Japan, Written in Malacca and India in 1512-1515. Hakluyt Society.
  4. Driwantoro, D. (1993). Teknologi Tempa: Masyarakat Pande Besi di Daerah Wonosaridan Bantul (Etnoarkeologi). In Analisis Hasil Penelitian Arkeologi (AHPA) IV Kuningan, 10-16 September 1991 (pp. 217-224). Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  5. Dunn, R. E. (2013). Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad Ke-14. (Edisi Terj). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  6. Haris, T. (1983). Bentuk dan Morfologi Kota Samudra Pasa. In Pasai Kota Pelabuhan Jalan Sutra, Kumpulan Makalah Diskusi (pp. 46-64). Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
  7. Inagurasi, L. hari, Wibisono, S. C., Harkantiningsih, N., Najib, T., Vita, Taim, E. A. P., Wasisto, S. (2016). Penelitian Arkeologi Samudra Pasai: Jalur Rempah-Rempah Pantai Timur Sumatra. Jakarta.
  8. Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
  9. Lambourn, E. (2003). From Cambay To Samudera-Pasai and Gresik - The Export of Gujarati Grave Memorials to Sumatra And Java in The Fifteenth Century C.E. Indonesia and Malay World, 31 No.90 J, 211–289.
  10. Leur, V. (1967). Indonesian Trade and Society Essays in Asian Social and Economic History. W. Van Hoeve Publishers Ltd. The Hague.
  11. Marsden, W. (2008). Sejarah Sumatera. Jakarta: Komunitas Bambu.
  12. Masyhudi. (1999). Sumbangan Kitab Rihlah Ibn Battutah Bagi Kajian Arkeologi Perkotaan Samudra Pasai. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
  13. Meilawati, Nur Laela Wahyuni, N. B., Purwito, A., & Manohara., D. (2016). Respon Tanaman Lada (Piper nigrum L.) Varietas Ciinten Terhadap Iradiasi Sinar Gamma. Littri, 22(2), 71–80.
  14. Moquete, J. P. (1912). De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken met deegelijke monumenten uit Hindoestan. Tijdschrift Voor Indische Taal Land En Volkenkunde Deel LIV, 536-548.
  15. Mustofa, & Turyono, E. (2015). Analisis Optimalisasi Terhadap Aktivitas Petani Melalui Pendekatan Hulu Hilir di Penambangan Probolinggo. Wiga, 5(1), 46–57.
  16. Nurhadi. (1993). Sentra Produksi Besi Tempa dan Bengkel Pasar Sebuah Model Kajian Etnoarkeologi. In Nies Anggraeni (Ed.), Proceedings Analisis Hasil Penelitian Arkeologi (AHPA) IV Kuningan, 10-16 September 1991 (p. 333-340). Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  17. Oetomo, R. W. (2008). Strategi Adaptasi Masyarakat Samudra Pasai Menghadapi Luapan Sungai Pasai. Berkala Arkeologi Sangkhakala, XI(22), 87–96.
  18. Reid, A. (2010). Sumatera Tempo Doeloe dari Marco Polo sampai Tan Malaka. Jakarta: Komunitas bambu.
  19. Reid, A. (2011a). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450—1680 Jilid 1: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  20. Reid, A. (2011b). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450—1680 Jilid 2 Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  21. Roelofsz, R. (1962). Asian Trade and European Influence in The Indonesian Archipelago Between 1500 AD and About 1690. Netherlands: Martinus Nijhoff / The Hague.
  22. Sarjiyanto. (2008). Mencermati Kembali Komoditas Lada Masa Kesultanan Banten Abad Ke 16-19. Amerta, 26, 58-73.
  23. Sodrie, A. C., Mujib, Surachman, H., Inagurasi, L. Hari, Taim, E. A. P., Suwarsa, W., Siahaan, P. H. (2007). Penelitian Arkeologi Samudra Pasai, Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Jakarta.
  24. Soegondho, S. (1993). Wadah Keramik Tanah Liat dari Gilimanuk dan Plawaangan: Sebuah Kajian Teknologi dan Fungsi.Jakarta: Universitas Indonesia.
  25. Untoro, H. O. U. (2007). Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522-1684 Kajian Arkeologi Ekonomi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
  26. Zainuddin, H. (2012). Tarikh Aceh dan Nusantara. Banda Aceh: Lembaga Studi Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat (LSKPM).