Main Article Content

Abstract

The Tradition of menhir headstone is an ancient tomb tradition by using a grave form of menhir stones. This tradition is a form of the tradition continues, as menhirs are upright stones as a sign of respect for ancestors in the megalithic tradition. This study aims to explain the tradition of Islamic tombs of the kings in the Kingdom Hitu since the beginning of the Islamic conversion and development period and how the megalithic tradition in the form of Islamic tomb when people have to convert Islam as a religion. This study was conducted using a survey to gather information and describe the forms of ancient Islamic tomb kings Hitu in central Moluccas. The results show though Islam has been adopted as the royal religion or public religion, characterized mengkonveris leaders of Islam, but confidence in the ancestor as local pre-Islamic religious understanding develops, still adhered to and maintained. Tomb tombstone shape using menhir, is one form of continuity megalithic tradition in the episode acceptance of Islam by the public since the beginning of its development, until the establishment of the Islamic government to appear in the king institutions Hitu region.


Tradisi nisan menhir adalah, tradisi makam kuno dengan menggunakan tanda kubur berupa batu menhir. Tradisi ini merupakan bentuk tradisi berlanjut, karena menhir adalah batu tegak sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur dalam tradisi megalitik. Penelitian ini bertujuan menjelaskan tradisi makam Islam raja-raja di Kerajaan Hitu sejak awal konversi Islam dan masa perkembangannya serta bagaimana tradisi megalitik pada bentuk makam Islam ketika masyarakat sudah mengkonversi Islam sebagai agamanya. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey untuk mengumpulkan informasi dan mendeskripsikan bentuk-bentuk makam kuno Islam raja-raja Hitu di Maluku tengah. Hasil penelitian menunjukkan meskipun Islam telah dianut sebagai agama kerajaan atau agama publik, ditandai para pemimpinnya mengkonveris agama Islam, namun kepercayaan terhadap leluhur sebagai paham religi lokal sebelum Islam berkembang, masih tetap dianut dan dipertahankan. Bentuk makam dengan menggunakan nisan menhir, merupakan salah satu bentuk kontinuitas tradisi megalitik dalam episode penerimaan Islam oleh masyarakat sejak awal perkembangannya, hingga masa terbentuknya pemerintahan Islam dengan muncul lembaga raja di wilayah Hitu.


Keywords

Makam Nisan Menhir Islam Hitu.

Article Details

How to Cite
Handoko, W. (2014). Tradisi Nisan Menhir pada Makam Kuno Raja-raja di Wilayah Kerajaan Hitu. Kapata Arkeologi, 10(1), 33-46. https://doi.org/10.24832/kapata.v10i1.216

References

  1. Ambary, Hasan Muarif., 1986. Unsur Tradisi PraIslam Pada Sistem Pemakaman Islam di Indonesia. Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV Jakarta: Depdikbud.
  2. Ambary, Hasan Muarif., 1991. Makam-makam Kesultanan dan Parawali Penyebar Islam di Pulau Jawa. Dalam Aspek-aspek Arkeologi Indonesia No. 12. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
  3. Ambary, Hasan Muarif., 1998. Menemukan Peradaban Arkeologi dan Islam di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
  4. Ambary, Hasan Muarif, 2008. Beberapa Aspek Seni Budaya Islam Nusantara. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi. Kediri, 23-28 Juli 2002. Jakarta. IAAI.
  5. Bart, F. 1969. Introduction, in F. Bart (ed.) Ethnicgroups and boundariest: the social organizations of cultural difference: 9-38. Bergen Universitets Forlaget.
  6. Burhanuddin, Jajat. 2012. Ulama dan Kekuasaan Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia. Jakarta: Mizan.
  7. Dijk, Van Kees., 2009. Perubahan Kontur Masjid dalam Peter J.M Nas dan Martien de Vletter (editor) Masa Lalu dalam Masa Kini Arsitektur di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  8. Insoll, Timoty., 2004. Syncretism, Time, and Identity: Islamic Archaeology in West Africa. (In), Whitcomb, D. (ed.), Changing Social Identity with the Spread of Islam. Archaeological Perspectives. Chicago: Oriental Institute.
  9. Kaplan, David dan Albert A. Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kartodirjo, Sartono. 1975. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudyaaan.
  10. Koestoro, Lucas Pertanda. 1981. Akulturasi di Kraton Kesepuhan dan Mesjid Panjunan, Cirebon. Berkala Arkeologi II. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.
  11. Mahmud, Irfan. 2001. Determinasi Budaya Islami di Wilayah Pinggiran Kekuasaan Bugis. WalannaE. Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara. Vol IV No 6 Juni. Makassar: Balai Arkeologi Makassar.
  12. Sahusilawane, Florence. 1996. Laporan Hasil Penelitian Arkeologi Islam di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  13. Soejono, RP, 1993. Jaman Prasejarah di Indonesia dalam Marwati Djoened Pusponegro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
  14. Sudewo, Eri, 1990 Pemujaan Kubur: Distorsi atau Retradisionalisasi dalam Proceedings Analisis Hasil Penelitian Arkeologi I. religi dalam Kaitannya dengan Kematian. Jilid I. Jakarta. Pusat Arkeologi Nasional.
  15. Sukendar, Haris. 1983. “Peranan Menhir Dalam Masyarakat Prasejarah di Indonesia” dalam Satyawati Sulaeman et.al (ed.) Pertemuan Ilmiah Arkeologi III. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
  16. Syaranamual dan Pattikayhatu, John, 1997. Sejarah Kerajaan Iha. Departemnen Pendidikan dan kebudayaan. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
  17. Putuhena, Shaleh. 2001. Proses Perluasan Agama Islam di Maluku Utara. Dalam M.J. Abdulrahman, et.al. Ternate: Bandar Jalur Sutera, Ternate: LinTas (Lembaga Informasi dan Transformasi Sosial).
  18. Wiyana, Budi, 2005 Bahan Nisan Makam: Studi Kasus Makam di Mentok, Pulau Bangka. Pertemuan Ilmiah Arkeologi (PIA IX). Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Yogyakarta.
  19. Wiyana, Budi, 2008 Dari Menhir ke Nisan: Suatu Dinamika Budaya. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi. Kediri, 23-28 Juli 2002. Jakarta. IAAI.

Most read articles by the same author(s)

> >>