Main Article Content
Abstract
Fort Amsterdam is one of the fort in the fortifications system that was built by the VOC since the 17th century in the Maluku Islands. This research examines the micro aspects in the fortification system by focusing on the aspects of the chronology as well as the functions and roles of Fort Amsterdam. The bibliographical studies and the use of historical records also adopted in this study. The reslut of this research shows the chronology of the first fort built in 1629 as a trading post by VOC in the North Coast region of the island of Ambon. This fort then undergoes renovations both aimed to strengthen the defense function as well as trade and government functions in this fort. Amsterdam role both during and future VOC Dutch East Indies governement policies related to the clove monopoly on the Colonial period. Period of receding role of the fort was then happended along with the moment of the abolition of the clove monopoly by the Dutch in 1865.
Benteng Amsterdam adalah salah satu benteng dalam sistem perbentengan yang dibangun oleh VOC sejak abad ke-17 di wilayah Kepulauan Maluku. Penelitian ini mengkaji aspek mikro dalam sistem perbentengan tersebut yaitu aspek kronologi serta aspek fungsi dan peran Benteng Amsterdam. Melalui kajian kepustakaan yang bersumber dari catatan-catatan historis, serta hasil penelitian terdahulu. Penelitian ini berhasil mengungkap kronologi benteng yang pertamakali dibangun pada tahun 1629 sebagai pos perdagangan VOC di wilayah Pesisir Utara Pulau Ambon. Benteng ini kemudian mengalami beberapakali renovasi yang bertujuan untuk memperkuat fungsi pertahanan serta fungsi perdagangan dan pemerintahan pada benteng ini. Peran Benteng Amsterdam pada masa VOC dan masa Pemerintah Hindia Belanda berhubungan dengan kebijakan monopoli cengkih pada masa Kolonial. Periode surut peran benteng ini kemudian mulai terjadi pada periode penghapusan monopoli cengkih oleh Belanda pada tahun 1865.
Keywords
Article Details
Kapata Arkeologi by Balai Arkeologi Maluku. Permissions beyond the scope of this license may be available at Copyright Notice.
References
- Abdurachman, Paramita. R. (1973). Peninggalan-Peninggalan Yang Berciri Portugis di Ambon. Bunga Rampai Sejarah Maluku. Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku.
- Abdurachman, Paramita. R. (2008). Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor.
- Bonke, Hans. (2010). European Forts in the Indonesian Archipelago (Nusantara). Inventory and Identification Forts in Indonesia, 32-45. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur; Direktorat Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata; PAC Architects and Consultants.
- de Graaf. (1977). Sejarah Ambon dan Maluku Selatan. Alih Bahasa oleh Drs. Frans Rijoly, De Geschiedenis van Ambon en de Zuid Molukken.
- Harkantiningsih, N., Sarjiyanto, L.H. Inagurasi, dan D. Rudatin. (2010). Kajian Kewilayahan Pengaruh Kolonial di Nusantara: Penelitian dan Pengembangan. Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi (EHPA). Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
- Inagurasi, L.H. (2011). Benteng Oranje di Ternate: Penggunaannya Abad ke-17-20 M. Kalpataru Majalah Arkeologi, 20(1), 21-36.
- Knaap, G. (2003). Headhunting, Carnage and Armed Peace in Amboina, 1500-1700. Journal of the Economic and Social History of the Orient, 46(2), 165-192.
- Knaap, G. (2004). Kruidnagelen en Christenen de VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696. Leiden: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV).
- Leirissa, R.Z., et. al. (1973). Kebijaksanaan VOC untuk Mendapatkan Monopoli Perdagangan Cengkeh di Maluku Tengah antara Tahun-Tahun 1615-1652. Bunga Rampai Sejarah Maluku. Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku.
- Manusama, Z.J. (1973). Sekelumit Sejarah Tanah Hitu dan Nusa Laut serta Struktur Pemerintahannya Sampai Pertengahan Abad Ketujuhbelas. Bunga Rampai Sejarah Maluku. Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku.
- Mansyur, Syahruddin. (2014). Sistem Perbentengan dalam Jaringan Niaga Cengkih Masa Kolonial di Maluku. Kapata Arkeologi, 10(2), 85-98.
- Mansyur, Syahruddin. (2012). Peran Wilayah Negeri Larike Pada Masa Kolonial. Kapata Arkeologi, 8(2), 65-72.
- Marihandono, Joko. (2008). Perubahan Peran dan Fungsi Benteng dalam Tata Ruang Kota. Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, 10(1).
- Ricklefs. M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008. Jakarta: Serambi.
- Rumphius., G.E. tanpa tahun. Sejarah Ambon. Alih Bahasa Oleh Frans Rijoly. De Ambonsche Historie.
- Soekiman, Djoko. (1997). Seni Bangunan Gaya Indis, Pemilikan, Pelestarian, dan Pemanfaatannya, Diskusi Ilmiah Arkeologi VII. Yogyakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda D.I. Yogyakarta.
- Straver, H. (2011). Vensters op de Molukse geschiedenis 1450-1950. Utrecht: Landelijk Steunpunt Educatie Molukkers.
- Sumalyo, Yulianto, (1999). Ujung Pandang Perkembangan Kota dan Arsitektur Pada Akhir Abad 17 Hingga Awal Abad 20. Panggung Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard, Ecole Francaise d’extreme-Orient, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Tim Penelitian. (2012). Menelusuri Jejak Niaga Cengkih Masa Kolonial di Pesisir Utara Pulau Ambon. Laporan Penelitian Arkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Tidak terbit.
- Tim Penelitian. (2013). Ekskavasi Situs Benteng Amsterdam di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Laporan Penelitian. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Tidak terbit.
- Sumber internet:
- www.amalatu.zoomshare.com. Hikayat Tanah Hitu. Diakses tanggal 12 Mei 2011.
- Sumber Dokumentasi Kuno:
- Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia, 2012. Forts in Indonesia. Jakarta: Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia.
- Roever, A.de. et.al. 2008. Grote Atlas van de Verenigde Oost-Indische Compagnie deel 3: Indisvhe Archipel en Oceanie. Zierikzee: Asia Maior.
- Wall, Victor Ido van de. 1928. de Nederlandsche Oudheden in de Molukken. Gravenhage: Martinus Hijhoff.