Main Article Content
Abstract
In the early period of the spice trade, Makian Island Moti Island are the main source in the production of cloves. This condition is the main factor that attaracted tthe presence of Europeans that its influences still can be traced recently. Evidence of the presence of European nations can be seen from the distribution of the fort in the island Makian and Moti Island. This research is intended to uncover the factors that underlie the formation of a network of fortifications in the two islands. Using the method of interpretation of the distribution pattern of the castle and the relationship between regions, this paper uncovered that the main factors the formation of a network of fortifications in the region is the natural conditions or geographical factors, so that consideration of the establishment of each fort associated with the monitoring of safety conditions, supervision of the marketing of cloves, as well as efforts to maintain the existence of a colonial power in the region.
Pada periode awal perdagangan rempah-rempah, Pulau Makian dan Pulau Moti adalah sumber utama produksi cengkih. Hal inilah kemudian menjadi daya tarik kehadiran bangsa Eropa yang hingga saat ini masih dapat disaksikan jejak pengaruhnya. Bukti-bukti kehadiran bangsa Eropa tersebut dapat dilihat dari sebaran benteng yang ada di Pulau Makian dan Pulau Moti. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang melatari terbentuknya jaringan perbentengan yang ada di kedua pulau tersebut. Melalui metode penafsiran terhadap pola sebaran benteng dan hubungan antar wilayah, tulisan ini berhasil mengungkap bahwa faktor utama terbentuknya jaringan perbentengan di wilayah ini adalah kondisi alam atau faktor geografis, sehingga pertimbangan atas pendirian setiap benteng berkaitan dengan pengawasan terhadap kondisi keamanan, pengawasan terhadap tata niaga cengkih, serta upaya untuk mempertahankan eksistensi kekuasan kolonial di wilayah ini.
Keywords
Article Details
Kapata Arkeologi by Balai Arkeologi Maluku. Permissions beyond the scope of this license may be available at Copyright Notice.
References
- Abbas, Novida. (2001). Dutch Forts of Java A Locational Study. Thesis. Singapore: National University of Singapore.
- Abdurachman, Paramita R. (2008). Bunga Angin Portugis di Nusantara, Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis di Indonesia. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.
- Amal, Adnan M. (2010)a, Portugis dan Spanyol di Maluku. Jakarta. Komunitas Bambu.
- Amal, Adnan M. (2010)b, Kepulauan Rempah-rempah Perjalalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
- Andaya, L.Y. (1993). The World of Maluku: Eastern Indonesia in the Early Modern Period. Honolulu: University of Hawaii Press.
- Gill, Robert G. (1995). De Indische Stad op Java en Madoera. Dissertation. Universitas Delft.
- Harkantiningsih, Naniek. (2014). Pengaruh Kolonial di Nusantara. Kalpataru Majalah Arkeologi, 23(1), 67-80.
- Lape, Peter V. (2000). Contact and Conflict in the The Banda Island, Eastern Indonesia 11th – 17th. Dissertation. Department of Anthropology at Brown University.
- Mansyur, Syahruddin. (2011). Jejak Tata Niaga Rempah-Rempah dalam jaringan Perdagangan Masa Kolonial di Maluku. Kapata Arkeologi, 7(13), 20-39.
- Mansyur, Syahruddin.. (2013). Perdagangan Cengkih Masa Kolonial dan Jejak Pengaruhnya di Kepulauan Lease. Kalpataru Majalah Arkeologi, 22(1), 43-59.
- Mansyur, Syahruddin. (2014). Sistem Perbentengan dalam Jaringan Niaga Cengkih Masa Kolonial di Maluku. Kapata Arkeologi, 10(2), 85-98.
- Marihandono, Joko. (2008). Perubahan Peran dan Fungsi Benteng dalam Tata Ruang Kota. Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, 10(1).
- Pusat Dokumentasi Arsitektur. (2010). Inventory and Identification Forts in Indonesia. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur; Direktorat Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata; PAC Architects and Consultants.
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. (2008). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
- Ricklefs. M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008, Cetakan III November 2010. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
- Roever, A.de. et.al. (2008). Grote Atlas van de Verenigde Oost-Indische Compagnie deel 3: Indisvhe Archipel en Oceanie. Zierikzee: Asia Maior.
- Tanudirdjo, D.A. (2013). Interaksi Regional dan Cikal Bakal Perdagangan Internasional di Maluku. Kalpataru Majalah Arkeologi, 22(1), 1-60.
- Tibbetts, G.R. (1979). A Study of the Arabic Texts Containing Material on South-East Asia. Leiden: E.J. Brill for the Royal Asiatic Society.
- Tim Penelitian. (2006). Jaringan Perdagangan Masa Kesultanan Ternate-Tidore-Jailolo di Wilayah Maluku Utara Abad ke-16 hingga Abad ke-19. Tahap I. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Tidak terbit.
- Wall, Victor Ido van de. (1928). de Nederlandsche Oudheden in de Molukken. Gravenhage: Martinus Hijhoff.