Main Article Content

Abstract

Depok is a small city at the outskirt of Jakarta with a very rapid development of  infrastructures in the last 36 years. Depok is also a place where first Christian community developed outside of Dutch cities in Indonesia. There are some archaeological remains in Depok; this article explores the archaeological prospects as well as some other potencies of archaeological remains in Depok. This article also investigates problems that threat the existence of archaeological remains in Depok. This article aims is to recognize  alternatives in order to preserve Colonial buildings in Depok. The result shows that archaeological potency can be identified in different segments consists of social, political, and cultural potencies in Depok.. Problems faced by archaeological remains in Depok are the lack of socialization of Cultural Heritage Enacment no. 11, 2010, status vaguesess, ownership,  and the poor coordination between  parties involved. The most important way to solve the problems above is to socialize law of cultural heritage; to develop the understanding of community for the importance of preserving cultural heritage for current and  next generation.


Kota Depok merupakan kota di pinggir DKI Jakarta yang pembangunannya sangat pesat pada 36 tahun terakhir ini,. Depok juga merupakan tempat berkembangnya komunitas kristen pertama di luar komunitas perkotaan Belanda di Indonesia. Tinggalan masa kolonial di kota tersebut cukup banyak, namun terancam oleh  perkembangan kota, oleh karena itu maka perlu dilestarikan dengan memanfaatkan bangunan-bangunan kolonial yang ada. Pemanfaatan bangunan-bangunan tersebut dapat dikembangkan dengan terlebih dahulu mengidentifikasikan potensi yang ada pada bangunan-bangunan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apa saja potensi tinggalan serta permasalahan apa saja yang  mengancam keberadaan bangunan-bangunan kolonial tersebut. Tujuan dari artikel ini adalah mencari cara melestarikan bangunan Kolonial di Depok. Metode penalaran yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah induktif. Data yang didapat menunjukkan bahwa tinggalan yang ada  berjumlah cukup banyak terdiri dari bangunan rumah tinggal, infrastruktur, pemerintahan, ibadah serta pemakaman. Potensi yang ada pada tinggalan berupa potensi arkeologis, sosial, politik, maupun budaya. Permasalahan yang ada terkait tinggalan masa kolonial di Depok adalah, kurangnya sosialisasi  UU no. 11 tahun 2010, tidak jelasnya status bangunan, tidak jelasnya kepemilikan bangunan, serta kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang berkepentingan. Cara paling penting untuk melestarikan bangunan Kolonial di Depok adalah dengan mensosialisasikan UU no. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya agar timbul kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam melindungi serta menjaga tinggalan arkeologi masa kolonial untuk generasi masa kini dan mendatang.

Keywords

Depok bangunan Kolonial pelestarian UU Cagar Budaya no 11 2010

Article Details

Author Biography

Octaviadi Abrianto, Balai Arkeologi Jawa Barat

Peneliti Madya/IV a di Balai Arkeologi Jawa Barat
How to Cite
Abrianto, O. (2016). Potensi dan Permasalahan Tinggalan Arkeologi Masa Kolonial di Depok. Kapata Arkeologi, 12(1), 103-112. https://doi.org/10.24832/kapata.v12i1.305

References

  1. Abrianto, Octaviadi. (2014). Research Report: Tinggalan Masa Kolonial di Kota Depok. Bandung: Balai Arkeologi Bandung.
  2. Danasasmita, Saleh. (1979). Lokasi “Gerbang Pakuan” dan Konstruksi Batas-batas Kota Pakuan Berdasarkan Laporan Perjalanan Abraham van Reibeeck dan Ekspedisi VOC Lainnya (1687-1709). Bandung: Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Universitas Padjajaran.
  3. Deetz, James. (1967). Invitation to Archaeology. New York: Natural History Press.
  4. Djafar, Hasan. (2005). Naskah-naskah Sejarah Depok: Pembahasan dan Catatan Permasalahannya. Makalah dalam Seminar Sehari Sejarah Depok. Depok 3 Maret 2005. Depok: Forum Kerjasama Organisasi Kemasyarakatan Kota Depok dan Pemda Kota Depok.
  5. Greetz, Clifford. (1981). Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial dan FIS UI.
  6. Heuken, Adolf. (1997). Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
  7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1994). Jakarta: Balai Pustaka.
  8. Koestoro, Lucas Pertanda. (1985). Catatan Singkat Mengenai Unsur Perkotaan di Blega. Dalam Berkala Arkeologi, Maret 1985 (pp. 67-81). Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.
  9. Leirissa, R.Z. (1977). Dari Sunda Kelapa ke Jayakarta. Dalam Abdurachman Surjomihardjo (Ed.). Beberapa Segi Sejarah Masyarakat-Budaya Jakarta. (pp. 14-31). Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Jakarta.
  10. Lombard, Denys. (2000). Nusa Jawa: Silang Budaya. Batas-batas Pembaratan. Jakarta: Gramedia.
  11. Martindale, Don. (1996). Prefactory Remarks: The Theori of The City. Dalam Max Webber (Ed.) The City. New York/London.
  12. Marzali, Amri. (1975). Krisis Identitas pada Orang Depok Asli. Dalam Berita Antropologi Indonesia. Th. VII. No. 22. Juli 1975. (pp. 55-74). Jakarta: UI Press.
  13. Mundarjito. (1999). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional.
  14. Tideman, J. (1985). Penduduk Kabupaten-kabupaten Batavia, Meester Cornelis, dan Buitenzorg. Dalam Tanah dan Penduduk Indonesia (pp. 46-70). Nalom Siahaan dan J.B. Sopekarsa (Terj.), Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
  15. Treu, H.A. & A.F. Lancker. (1990). Verdedigingswerken in Europe, hun Ontwikkelingen Vormen en Toepassingen Overzee. Syllabus. Dalam Symposium Onrust, Amsterdam: Amsterdam Historisch Museum.
  16. Tjondronegoro, Sediono MP dan Gunawan Wiradi (Ed.). (1984). Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa Dari Masa ke Masa. Jakarta: Yayasan Obor.
  17. Yayasan Lembaga Cornelis Chastelien (YLCC). (2004). Depok Tempo Doeloe, Sekarang dan Masa Depan. Makalah Seminar Sehari Sejarah Depok. Depok, 3 Maret 2005. Diselenggarakan Forum Kerjasama Organisasi Kemasyarakatan Kota Depok bekerjasama dengan Pemkot Depok.
  18. Timadar, Rian. (2008). Persebaran Data Arkeologi di Permukiman Depok Abad 17 – 19 M: Sebagai Kajian Awal Rekonstruksi Sejarah Permukiman Depok. Universitas Indonesia.
  19. Wahyuning M. Irsyam, dkk. (2003). Depok: Dari Tanah Patikelir Ke Kota. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok dan Laboratorium FISIP UI.
  20. Wahyuning M. Irsyam, dkk. (2004). Tempat-tempat Bersejarah di Depok. Humas Kota Depok.
  21. www.depok.go.id/profil-kota/geografi. Diakses 21/8/2014, 09:17 WIB.