Main Article Content

Abstract

Dewasa ini masyarakat Baduy mengalami dilema moral dalam pendidikan. Dilema moral terlihat dari dua pilihan yaitu di satu sisi sekolah ditolak karena dianggap bertentangan dengan adat atau tradisi. Orang Baduy yang bersekolah terbukti banyak yang meninggalkan tradisi dan adat Baduy. Di sisi lain sekolah diterima karena menjadi sarana untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dilema moral pendidikan dalam masyarakat Baduy yang terbagi atas masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar serta merumuskan jenis pendidikan yang sesuai dengan budaya mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode studi kasus. Data-data diperoleh dari wawancara mendalam dengan para informan sedangkan analisis penelitian menggunakan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy menempati tingkat kesadaran moral konvensional, yaitu moralitas kelompok menjadi ukuran kebaikan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat orang-orang yang kritis yang menempati tingkat kesadaran pasca konvensional. Berdasarkan atas tingkat kesadaran moral ini maka jenis pendidikan yang sesuai dengan budaya masyarakat Baduy Dalam adalah pendidikan nonformal yang diorientasikan untuk memperkuat adat dan tradisi; dan bagi masyarakat Baduy Luar jenis pendidikan yang sesuai adalah pendidikan formal yang diorientasikan untuk kesejahteraan hidup komunitas.


Baduy community nowadays experiences a moral dilemma in education. The moral dilemma can be seen from two choices, where on one side, the school was rejected because it was considered to be contrary to custom or tradition. Many of the Baduy people who go to school leave the traditions and customs of Baduy. On the other hand, the schools welcomed because they become a means to achieve a prosperous life. This research aims to describe the moral dilemma in the education of the Baduy community, which is divided into Baduy Dalam and Baduy Luar communities, and formulate the types of education following their culture. This is qualitative research using a case research method. The data were obtained by conducting in-depth interviews with informants, while the analysis method used was critical analysis. Results of the research indicated that Baduy people occupied the conventional moral awareness level, namely group morality, as a measure of goodness. The results also indicated that critical people occupied the post-conventional awareness level. Based on this moral awareness level, then the type of education following the culture of the Baduy Dalam community were non-formal education oriented to strengthen the customs and traditions. At the same time, the appropriate type of education for the Baduy Luar community was formal education oriented to the community's welfare.

Keywords

Baduy indigenous communities education the moral dilemma

Article Details

Author Biography

Mikka Wildha Nurrochsyam, Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan

Researcher at The Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan

How to Cite
Nurrochsyam, M. W. (2021). Moral Dilemma in Education of Baduy Community. Kapata Arkeologi, 17(2), 85-96. https://doi.org/10.24832/kapata.v17i2.85-96

References

  1. ArcGIS Database. (2019). GEBCO 2019 Basemap (NOAA NCEI Visualization). Retrieved April 2, 2020, from ArcGIS Hub website: http://hub.arcgis.com/datasets/
  2. Arisetyawan, A., Suryadi, D., Herman, T., & Rahmat, C. (2014). Study of Ethnomathematics: A lesson from the Baduy Culture. International Journal of Education and Research, 2(10), 681–688.
  3. Benda, H. J., & Castles, L. (1969). The Samin Movement. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde, Deel 125(2 de Afl), 207–216.
  4. Duska, R., & Whelan, M. (1982). Perkembangan Moral Perkenalan dengan Piaget dan Kohlberg. Terjemahan oleh Dwija Atmaka. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
  5. Hakiki, K. M. (2015). Aku Ingin Sekolah; Potret Pendidikan di Komunitas Muslim Muallaf Suku Baduy Banten. Journal of Islamic and Social Studies, 1(1), 1–17.
  6. Hay, I. (1998). Making moral imaginations. Research ethics, pedagogy, and professional human geography. Ethics, Place & Environment, 1(1), 55–75.
  7. Irawan, R. (2017). Pendidikan dalam Pandangan Masyarakat Baduy Dalam. Jakarta: Bachelor’s thesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
  8. Kohlberg, L. (1995). Tahap-tahap perkembangan moral (The stages of moral development). Translated by John de Santo and Agus Cremers. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
  9. Krisna, F. N. A. (2014). Studi Kasus Layanan Pendidikan Nonformal Suku Baduy. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(1), 1–13.
  10. Magnis-Suseno, F. (1992). Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
  11. Maharani, S. D. (2009). Perempuan dalam Kearifan Lokal Suku Baduy. Jurnal Filsafat, 19(3), 199–2013.
  12. Muslimah, A. (2018). Februari hingga April, Wisatawan Tak Bisa Berkunjung ke Baduy Dalam. Retrieved February 19, 2018, from Kompas Travel website: https://travel.kompas.com/
  13. Nurrochsyam, M. W. (2016). Pendidikan bagi Komunitas Adat. Jakarta: Puslitjak Kemdikbud.
  14. Rosyid, M. (2015). Berjati Diri dengan Homeschooling: Potret Komunitas Samin di Kudus. Kebudayaan, 10(1), 2.
  15. Ruhimat, M. (2013). Proses Pembelajaran Keaksaraan pada Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jawa Barat. Bandung: Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia.
  16. Rupp, L. G. (1996). An analysis of adolescent male and female responses to Kohlberg’s moral interview: Using two different editions of the Standard Issue Scoring Manual (1979 vs. 1987). New York: Dissertation Syracuse University.
  17. Saripudin, D. (2009). Non Formal Education for indigenous Community in Indonesia: An Initial Review. International Journal of Learner Diversity, 2(1), 35–44.
  18. Senoaji, G. (2010). Dinamika Sosial dan Budaya Masyarakat Baduy Dalam Mengelola Hutan dan Lingkungan. Bumi Lestari, 10(2), 302–310.
  19. Stavenhagen, R. (2015). Indigenous Peoples’ Rights to Education. European Journal of Education, 50(3), 254–257.
  20. Sucipto, T., & Limbeng, J. (2007). Studi tentang Religi Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Provinsi Banten. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
  21. Supriyono, J. (2005). Paradigma Kultural Masyarakat Durkheimian. In Teori-Teori Kebudayaan (pp. 96–97). Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
  22. Suryani, I. (2014). Menggali Keindahan Alam dan Kearifan Lokal Suku Baduy (Studi Kasus Pada Acara Feature Dokumenter “Indonesia Bagus” di Stasiun Televisi NET.TV). Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam, 13(2), 179–194.
  23. Zidny, R., & Eilks, I. (2018). Indigenous Knowledge as A Socio-Cultural Context of Scienceto Promote Transformative Education for Sustainable Development: A case study on the Baduy Community (Indonesia). Building Bridges Across Disciplines for Transformative Education and A Sustainable Future, 29, 249–256.