Main Article Content

Abstract

Bangunan tua di Kota Lasem merupakan peninggalan sejarah dari masa Kolonial. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bangunan-bangunan tersebut dapat dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya jika telah melalui proses pendaftaran dan penilaian hingga pada akhirnya dilakukan penetapan oleh pemerintah sesuai dengan peringkatnya. Kegiatan penilaian terhadap bangunan tua di Kota Lasem yang dinilai memiliki ciri sebagai bangunan cagar budaya harus dilakukan terlebih dahulu sebagai dasar untuk membuat rekomendasi bagi pemerintah dalam melakukan penetapan sebagai bangunan cagar budaya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penilaian cagar budaya khususnya dari jenis objek bangunan selama ini telah dilakukan terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan namun tidak diketahui mekanisme penilaian yang diterapkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengenalkan mekanisme model penilaian yang menerapkan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Metode ini biasa digunakan dalam berbagai penelitian di bidang ilmu eksakta khususnya dalam penilaian evaluasi lahan. Metode ini merupakan adaptasi dari metode analisis spasial yang berbasis pada algoritma. Hasil penilaian dengan model ini akan mampu menyusun formula yang diharapkan serta dapat menghasilkan nilai akhir untuk sebuah objek bangunan agar memperoleh kelas dalam kaitannya dengan rekomendasi untuk penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Dalam penelitian ini diajukan empat kelas rekomendasi, yaitu kelas bangunan dengan tidak atau kurang direkomendasikan, kelas bangunan direkomendasikan dengan level cukup, kelas bangunan direkomendasikan dengan level kuat, dan kelas bangunan yang direkomendasikan dengan level mendesak. Keempat level ini berkaitan erat dengan skala prioritas dalam rangkaian kegiatan penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Hasil penelitian ini diharapkan akan memperoleh suatu nilai kuantitatif dan terukur secara ilmiah dalam tata cara penilaian bangunan untuk penetapan sebagai bangunan cagar budaya.

Old buildings in Lasem City are a historical heritage from the colonial period. Based on Law Number 11 of 2010 on Cultural Heritage, these buildings can be categorized as Cultural Buildings if they have gone through the process of registration and assessment and finally designated by the government according to their rank. The assessment of old buildings in Lasem City which are considered to have the characteristics of a cultural heritage building must be performed first as a basis for making recommendations for the government in making the designation as cultural heritage buildings following applicable laws and regulations. The assessment of cultural heritage, especially from the types of building objects has been performed mainly in the context of preparing recommendations for designation, but the assessment mechanism applied is unknown. Therefore, this research introduces the mechanism of assessment model that applies tiered quantitative analysis methods with weighting factors. This method is commonly used in various research in the exact sciences, especially in evaluating land. This method is an adaptation of the spatial analysis method based on the algorithm. The results of the assessment with this model will be able to formulate the expected formula as well as can produce the final value for building object in order to obtain a class in relation to recommendations for designation as cultural heritage buildings. In this research, four recommendation classes were proposed, namely building which is not suitable or not recommended, recommended building with sufficient level, recommended building with strong level, and recommended building with urgent level. These four levels are closely related to the priority scale in a series of designation as cultural heritage buildings. The results of this research are expected to obtain a quantitative value and scientifically measured in the procedure for assessing buildings for designation as cultural heritage buildings.

Keywords

old building China preservation cultural heritage assessment

Article Details

Author Biographies

Andi Putranto, Universitas Gadjah Mada

Lecturer and Researcher of Archaeology at Universitas Gadjah Mada

Dwi Pradnyawan, Universitas Gadjah Mada

Lecturer and Researcher of Archaeology at Universitas Gadjah Mada
How to Cite
Putranto, A., & Pradnyawan, D. (2018). Assessment of Old Buildings in Lasem City Based on Tiered Quantitative Analysis Method with Weighting Factors. Kapata Arkeologi, 14(2), 169-182. https://doi.org/10.24832/kapata.v14i2.522

References

  1. [1] Armani, S., & Arbi, E. (2014). A Comparative Study on Chinese Architecture in Peninsular Malaysia and Mainland China. Journal Of Design And Built Environment, 14(2), 1—12. (view)

    [2] Atabik, A. (2016). Harmonisasi Kerukunan Antar Etnis dan Penganut Agama di Lasem. Fikrah, 4(1), 36-49. (view)

    [3] de Graaf, H. J., & Pigeaud, T. H. (2003). Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik abad XV dan XVI. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. (view)

    [4] Djafar, H. (2009). Masa Akhir Majapahit: Girindrawardhana dan Permasalahannya. Jakarta: Komunitas Bambu. (view)

    [5] Darmawan, D., & Hetyorini. (2013). Yin Yang, Chi dan Wu Xing pada Arsitektur Kelenteng: Studi Kasus Kelenteng Sebelum Abad 19 di Lasem, Rembang, dan Semarang. Serat Acitya, 2(3), 115-128. (view)

    [6] Esri Press Team. (2018). How To Perform Spatial Analysis. Retrieved February 28, 2018, from https://www.esri.com/ (view)

    [7] Grementieri, F. (2003). The Preservation of Nineteenth and Twentieth Century Heritage. In R. van Oers, & S. Haraguchi (Eds.), World Heritage Papers 5: Identification and Documentation of Modern Heritage (pp. 81-88). Paris: UNESCO World Heritage Centre. (view)

    [8] Gunawan, Y., Rachim, Y. F., & Fabiano, C. (2008). Leksikon Arsitektur Lasem: Studi Perbandingan Rumah Jawa, Cina dan Kolonial. In P. Salura, & Y. Gunawan (Eds.), Pertemuan Arsitektur Pantai Utara Jawa: Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban (pp. 57-73). Bandung: Cipta Sastra Salura. (view)

    [9] Handinoto. (2015). Lasem: Kota Tua Bernuansa Cina di Jawa Tengah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. (view)

    [10] Hardjowigeno, S., & Widiatmaka. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. (view)

    [11] Kalman, H. (1980). The Evaluation of Historic Buildings. Ottawa: Environment Canada, Parks Service. (view)

    [12] Nurhajarini, D. R., Purwaningsih, E., & Fibiona, I. (2015). Akulturasi Lintas Zaman di Lasem: Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga-Sekarang). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta. (view)

    [13] Pratiwo, & Nazir, S. M. (2010). Arsitektur Tradisional Tionghoa dan Perkembangan Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak. (view)

    [14] Putranto, A., & Pradnyawan, D. (2017). Laporan Penelitian: Penilaian Bangunan Tua di Kota Lasem Berdasarkan Metode Analisis Kuantitatif Berjenjang dengan Faktor Pembobot. Yogyakarta: FIB Universitas Gadjah Mada. (view)

    [15] Putranto, A., Sutikno, S., & Suharyadi, S. (2015). Integrasi Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Penentuan Letak Bangunan Candi di Wilayah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 29(1), 1-6. (view)

    [16] Roosmalen, P. V. (2003). Changing Views on Colonial Heritage. In R. van Oers, & S. Haraguchi (Eds.), World Heritage Papers 5: Identification and Documentation of Modern Heritage (pp. 121-129). Paris: UNESCO World Heritage Centre. (view)

    [17] Salmon, C. (1991). The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th-19th Centuries). Archipel, 41(1), 53-87. (view)

    [18] Septirina, S. N., Takeo, O., & Satoru, K. (2016). Conservation of Historical Architecture in Malioboro Street, Yogyakarta City, Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 225, 259-269. (view)

    [19] Suharyadi, & Aktiva, P. (2005). Pemodelan Spasial Tingkat Kerawanan Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya Pusat dengan Memanfaatkan Foto Udara. In Pertemuan Tahunan MAPIN XIV. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. (view)

    [20] Subagio, D. D. (2013). Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Rumah Candu di Lasem. In Prosiding The 5th International Conference on Indonesian Studies: Ethnicity and Globalization (pp. 121-132). Depok: FIB Universitas Indonesia. (view)

    [21] Suryaningsih, F., & Purwestri, N. (2013). Documenting Living Monuments in Indonesia: Methodology for Sustainable Utility. ISPRS-International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, (2), 617-622. (view)

    [22] Undang-Undang RI. UU tentang Cagar Budaya, Pub. L. No. 11 (2010). Indonesia. (view)

    [23] UNESCO. (2007). Homeowner's Conservation Manual: Kotagede heritage district, Yogyakarta, Indonesia. Jakarta: UNESCO House. (view)

    [24] URHC Team. (2013). Guidelines to the Survey of Buildings and Open Spaces. Cairo: UNESCO and Historic Cairo World Heritage Property. (view)

    [25] Wen, R. (2010). Architecture and Tradition. Master Thesis Unitec Institute of Technology. (view)