Main Article Content
Abstract
Situs permukiman kuno yang terdapat di dusun Waeyasel, penduduk setempat menyebutnya Kota Mulu adalah sebuah dataran di antara bukit karang yang cukup terjal. Penduduk di sekitar situs meyakini bahwa Kota Mulu adalah lokasi permukiman masyarakat Waeyasel pada masa lampau. Tim penelitian Balai Arkeologi Ambon melakukan penelitian di situs ini dengan menerapkan metode survei permukaan bertujuan untuk mendata dan mendokumentasikan sebanyak mungkin data arkeologi. Penelitian ini menghasilkan sejumlah data arkeologi yang berciri megalitik berupa dolmen, sejumlah fragmentaris keramik lokal maupun keramik asing, dan sebuah makam. Sementara dapat disimpulkan bahwa situs kota mulu adalah situs permukiman yang didalamnya juga berlangsung kegiatan sakral sesuai dengan kepercayaan penghuninya, yang dibuktikan dengan keberadaan dolmen sebagai media upacara megalitik. Sedangkan keberadaan makam pada situs ini oleh penduduk sekitar dikatakan merupakan makam dari seorang pesiar agama Islam yang menyebarkan ajaran agama di waeyasel dan sekitarnya. Beliau kemudian meninggal dan dimakamkan di lokasi ini.
Site of ancient settlements located in the hamlet Waeyasel, the locals call it the City Mulu is a plateau in between fairly steep cliff. Residents around the site believes that the City Mulu is Waeyasel community settlements in the past. Ambon Archaeological Institute research team conducted research at this site by applying the method of surface survey aims to assess and document the archaeological data as much as possible. This study resulted in a number of archaeological data, characterized by megalithic dolmen form, a number of fragmentary local and foreign ceramics ceramics, and a tomb. While it can be concluded that the site Mulu city is the site of settlements which also takes place in accordance with the trust sacred activity occupants, as evidenced by the presence of megalithic dolmen as a media ceremony. While the existence of the tomb on this site by people around say is the tomb of a cruise Islam spread religion in Waeyasel and surrounding areas. He then died and was buried at this location.
Keywords
Article Details
Kapata Arkeologi by Balai Arkeologi Maluku. Permissions beyond the scope of this license may be available at Copyright Notice.
References
- Astiti, Ni Komang Ayu, 2004, Tembikar Dari Situs Batu Berak (Kebun Tebu) dan Batu Tameng Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat, dalam Amerta edisi 23 tahun 2004, Jakarta: Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata Deputi Bidang Sejarah Dan Purbakala Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional.
- Handoko, Wuri, 2008, Laporan Penelitian di Dusun Air Papaya SBB. Balai Arkeologi Ambon.
- Indriastuti, Kristantina, 2010, Akulturasi Budaya Austronesia (Tinjauan pada Tempayan kubur di Wilayah Sumatera Bagian Selatan), dalam Kapata Arkeologi Vol. 6 No. 10 Juli 2010, Ambon: Balai Arkeologi Ambon 2010.
- Kusumawati, Ayu, Sumba Pusat Tradisi Megalitik Berlanjut Di Indonesia Timur dalam Forum Arkeologi No. 1 April 2010, Editor: Drs. I Nyoman Wardi, M.Si.
- Salhuteru, Marlyn, 2007, Persebaran Dolmen di Saparua maluku Tengah, Balai Arkeologi Ambon.
- Wikipedia, Ensiklopedia Bebas.