Main Article Content

Abstract

The Meaning of Tuhaha community’s grouping based on archaeological remains can not be separated from one another, due to the partial temporal nature. This study used a literature study, in order to examine the issue of research, how society grouping Tuhaha State, based on archaeological remains. Archaeological remains is meant here is a dolmen, menhirs and the old village/ancient settlements. The objective of this study is to know and understand the patterns of grouping Tuhaha State community based archaeological remains. The results showed that grouping State community/village Tuhaha archaeological remains contextually based culture has symbolic interaction, integration and socio-cultural systems on the basis of grouping patterns in the structure of the dolmen, menhirs(micro scale) and Old village Huhule (macro scale). Huhule as anintegral unity of the social system, in which there are parts of the system dolmen, menhirs, as well as the concepts of cultural mapping (monodualisme). Integration between the dolmen of five, symbolizing Patalima community groups, and soa of nine (patasiwa).


Pemaknaan pengelompokan  masyarakat Tuhaha berdasarkan tinggalan arkeologis tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, disebabkan oleh sifat temporal parsial. Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan, guna menelaah permasalahan penelitian, yaitu bagaimana pengelompokan masyarakat Negeri Tuhaha, berdasarkan tinggalan arkeologi. tinggalan arkeologis yang dimaksudkan di sini adalah dolmen, menhir serta kampung lama/permukiman kuno. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pola pengelompokan masyarakat Negeri Tuhaha berdasarkan tinggalan arkeologis. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengelompokan masyarakat Negeri/Desa Tuhaha berdasarkan tinggalan arkeologis secara kontekstual budaya memiliki hubungan interaksi simbolik, integrasi dan sistem sosial budaya atas dasar pola pengelompokan pada struktur dolmen, menhir (skala Mikro) dan kampung Lama Huhule (skala Makro). Huhule sebagai kesatuan sistem sosial integral, yang di dalamnya terdapat bagian sistem dolmen, menhir, serta konsep-konsep pemetaan budaya (monodualisme). Integrasi antara dolmen berjumlah lima, melambangkan kelompok masyarakat patalima, dan soa berjumlah sembilan (patasiwa).


Keywords

Pengelompokan Masyarakat Dolmen Menhir Soa.

Article Details

How to Cite
Wattimena, L. (2013). Pengelompokan Masyarakat Negeri Tuhaha Pulau Saparua, Maluku Tengah Tinjauan Etnoarkeologis. Kapata Arkeologi, 9(2), 81-88. https://doi.org/10.24832/kapata.v9i2.206

References

  1. Binford, Lewis R. 1972. An Archaeological Perspective. New York, San Fransisco: London Seminar Press.
  2. Clarke, David L. 1977. ”Spatial Information in Archaeology.” Dalam Spatial Archaeology. London: Academic Press.
  3. Dilistone, F. W. 2002. The Power Of Symbols. Jogjakarta: Kanisius.
  4. Geria, I Made. 2008. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan di Bali (Kajian dari data Arkeologi). Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI). Hal 89-94.
  5. Hodder, Ian. 1986. Reading in the Past: Current Approach in Interpretation in Archaeology. Sydney: Cambridge University Press.
  6. Huliselan, Mus. 2005. Berdampingan Dalam Perbedaan Konsep Hidup Anak Negeri. Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon: Maluku. Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku. Hal 222-243.
  7. Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  8. Sahulteru, Salhuteru. 2008. Pola Sebaran dan Penempatan Dolmen di Kecamatan Saparua Maluku Tengah. Berita Penelitian Arkeologi Ambon Vol. 4 No. 6 Juli. Ambon: Balai Arkeologi Ambon. Hal. 76-102.
  9. Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
  10. Sihasale, Wem R. 2005. Pola Pengelompokan Masyarakat Adat dan Sistem Pemerintahan Adat di Maluku. Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku. Hal67-88.
  11. Tanudirjo, Daud. 2009. Memikirkan Kembali Etnoarkeologi. Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat. Jayapura: Balai Arkeologi Papua. Hal 1-15. Vol.1 No. 2 November.
  12. Tim Penyusun. 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Cetakan kedua. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Badan Pengembangan Sumberdaya Budaya dan Pariwisata. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.