Main Article Content

Abstract

The Scattered remains of the prehistoric period in the Moluccas is patterned megalithic artifacts. Such objects are usually stillin contact with communal society and often used as a megalithic tradition. The purpose of research is to look at the dimensions of contemporary culture and taboos of the stone used as a medium for the inauguration rite father the king. The method used in this study is a qualitative approach and the approach etnoarkeologi. Obtained from this study is a holistic picture that taboos are still preserved remains of stone used in communal societies. Research conclusions obtained is that the tradition continues the use of stone as a medium pamali rite inauguration of the king is a wealth of local cultural repertoire.


Tinggalan masa prasejarah yang tersebar di daerah Maluku adalah artefak yang bercorak megalitik. Benda tersebut biasanya masih bersinggungan dengan komunal masyarakat dan acapkali digunakan sebagai tradisi megalitik. Tujuan penelitian adalah untuk melihat dimensi kebudayaan dan kekinian dari batu pamali yang digunakan sebagai media ritus pelantikan bapa raja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan etnoarkeologi.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebuah gambaran yang holistik bahwa tinggalan batu pamali masih lestari digunakan dalam komunal masyarakat. Kesimpulan penelitian yang diperoleh adalah bahwa tradisi berlanjut yang menggunakan batu pamali sebagai media ritus pelantikan raja merupakan khasanah kekayaan budaya lokal.


Keywords

Batu Pamali Tradisi Megalitik Ritus Pelantikan Raja

Article Details

How to Cite
Surbakti, K. (2014). Penggunaan Tinggalan Batu Pamali sebagai Media Pelantikan Raja di Desa Liang Kec. Teluk Elpaputih Kabupaten Maluku Tengah. Kapata Arkeologi, 10(2), 77-84. https://doi.org/10.24832/kapata.v10i2.224

References

  1. Binford, Lewis R. 1972. An Archaeological Prespective. New York: San Fransisco: London Seminar Press.
  2. Durkheim, Emile. 1965. “The elementary forms of the religious life”. The Origin and Development of Religion.
  3. Istari R. dan Sukendar H. dan Tim Peneliti. 1997. Situs Desa Aboru Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah. Jakarta: Pusat Arkeologi Nasional, Bagian Proyek Penelitian Purbakala Maluku.
  4. Prasetyo, Bagyo. 2004. Religi Pada Masyarakat Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
  5. Ririmasse. M. 2008. Laporan Penelitian Persebaran Megalitik Di Pulau Nusa Laut Kabupaten Maluku Tengah. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  6. Soegondho, S. 1996. Penelitian Kepurbakalaan Desa Aboru, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Bagian Proyek Penelitian Purbakala Maluku.
  7. Soejono, R.P. 1996. “Jaman Prasejarah di Indonesia”. Sejarah Nasional Indonesia I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
  8. Sudarmika G.M. 2000. Laporan Penelitian Arkeologi Di Desa Iha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  9. Sukendar, H. 1982. “Megalitik di Nias”. Analisis Kebudayaan No. 2. Jakarta: Depertemen Pendidikan Kebudayaan.
  10. Taurn, Odo Deodatus. 2001. Patasiwa und Patalima vom Molulukeneiland Seran und Seinen Beoners. Leipzig. Terjemahan Dra.Ny.Hermelin T tahun 2001. Ambon: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Maluku Utara.
  11. Wales, H.G. Quaritch. 1953. The Mountain of God, a Study in Early Religion and Kingship. London: Bernard Quaritch, Ltd.
  12. Wallace, Anthony F.C. 1966. Religion: An Anthropological View. New York. Random House.