Main Article Content

Abstract

Tanimbar islands is one of the most southern island group in Maluku.  This area is a land bridge that connects Kei-Aru Islands and Papua with the Babar-Sermata Islands until Timor.  Directly adjacent to Australia, Tanimbar is also an area of the outer boundary of Indonesia. This area is also known for its rich variety of cultural heritage. As reflected in the academics works and diverse collection of Tanimbar material culture in various world museum.  Archaeological study have been conducted since 2006 but only covered the southern part of this archipelago. This paper is the result of the archaeological studies in the Northern Part of the Tanimbar Islands with the focus on Fordata and Larat Island. The reconaissance survey have been adopted as the approach in this research. This study found that the island of Larat and Fordata is rich with the archaeological potential and is recommended to be followed with the further research in the future.


Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu gugus pulau paling selatan yang terletak di Maluku. Wilayah ini merupakan jembatan darat yang menghubungkan antara Kepulauan Kei-Aru dan Papua dengan Kepulauan Babar-Sermata hingga Timor dan Nusa Tenggara. Berbatasan langsung dengan Australia, Kepulauan Tanimbar juga merupakan kawasan tapal batas terluar Nusantara. Wilayah ini juga dikenal dengan ragam pusaka budaya yang kaya. Sebagaimana ditemukan dalam karya akademis dan ragam koleksi benda budaya Tanimbar di berbagai museum dunia. Studi arkeologi telah dilakukan sejak tahun 2006 namun hanya menjangkau wilayah bagian selatan dan tenggara kepulauan ini. Makalah ini merupakan hasil studi arkeologis untuk wilayah Tanimbar Bagian Utara dengan perhatian pada Pulau Fordata dan Pulau Larat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei penjajakan. Hasil penelitian menemukan bahwa Pulau Fordata dan Pulau Larat kaya dengan potensi kepurbakalaan dan layak ditindaklanjuti dengan studi arkeologis yang lebih mendalam.

Keywords

Arkeologi Tinjauan Potensi Pulau Larat Pulau Fordata

Article Details

Author Biography

Marlon NR Ririmasse, Balai Arkeologi Maluku

Peneliti di Balai Arkeologi Maluku
How to Cite
Ririmasse, M. N. (2016). Arkeologi Kepulauan Tanimbar Bagian Utara: Tinjauan Potensi di Pulau Fordata dan Pulau Larat Maluku Indonesia. Kapata Arkeologi, 12(1), 43-58. https://doi.org/10.24832/kapata.v12i1.318

References

  1. Aryanto, Gesit. 193 Titik Dasar, 92 Pulau Terluar dalam Kompas 7 November 2009.
  2. Ballard, C. (1988). Dudumahan: a rock art site on Kai Kecil, Southeast Mollucas. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association, 8, Canberra: Australia National University pp. 139-161.
  3. Birdsell, J.B. (1977). The recalibration of a paradigm for the first peopling of Greater Australia, in J .Allen, J Golson, and R. Jones (eds.) Sunda and Sahul, p . 113-167.
  4. De Jonge, N and van Dijk, T. (1995). Forgotten Islands of Indonesia: The Art and Culture of the Southeast Mollucas. Singapore: Periplus.
  5. Drabbe, Petrus.(1940). Etnografi Tanimbar.Leiden; E.J Brill
  6. Lape, P.V. (2000a). Contact and Conflict in the Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th to 17th Centuries. Unpublished PhD thesis, Brown University, Rhode Island.
  7. Lape, P.V. (2000b). Political dynamics and religious change in the late pre-colonial Banda Islands, Eastern Indonesia. World Archaeology 32(1). London: Routledge pp. 138–55.
  8. Lape, P. (2006). Chronology of fortified sites in East Timor. In Journal of Island and Coastal Archaeology 1. Pp 285-297.
  9. Le Bar, F.M. (1976). Insular Southeast Asia: Ethnographic Studies. Connecticut: New Haven.
  10. McKinnon, S. (1988). “Tanimbar Boats,” dalam Islands and Ancestors: Indigenous Styles of Southeast Asia (eds J.P Barbier and D. Newton). New York: The Metropolitan Museum of Art, hal. 152-169.
  11. Miller, George. (2012). Indonesia Timur Tempo Doeloe. Jakarta: Komunitas Bambu.
  12. Retraubun, Alex. Mengapa Terluar bukan Terdepan. Dalam Kompas 20 September 2006.
  13. Ririmasse, M. (2005). Jejak dan Prospek Penelitian Arkeologi di Maluku. Dalam Kapata Arkeologi Volume 1 No. 1. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  14. Ririmasse, M. (2006). Aspek-Aspek Kronologi Arkeologi Kolonial di Pulau Kisar. Dalam Berita Penelitian Arkeologi Volume 2 No. 1. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  15. Ririmasse, M. (2007). Penelitian Arkeologi di Desa Lingat Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam Berita Penelitian Arkeologi Volume 3 No. 4. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  16. Ririmasse, M. (2007b). Fragmen Moko dari Selaru: Temuan Baru Artefak Logam di Maluku. Dalam Berita Penelitian Arkeologi Volume 3 No. 5. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  17. Ririmasse, M. (2008). Visualisasi tema perahu dalam rekayasa situs arkeologi di Maluku. Dalam Naditira Widya Volume 2 No. 1. Banjarmasin: Balai Arkeologi Banjarmasin.
  18. Ririmasse, M. (2008b). Archaeology Goes to School: Mengemas Pengetahuan Warisan Budaya sebagai Muatan Lokal. Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI Solo, 13-16 Juni 2008.
  19. Ririmasse, M. (2010). Boat Symbolism and Identity in the Insular Southeast Asia: A Case Study from the Southeast Moluccas. Tesis Pascasarjana. Tidak diterbitkan. Leiden: Rijkuniversiteit Leiden.
  20. Ririmasse, M. (2010b). Arkeologi Pulau-Pulau Terdepan di Maluku: Sebuah Tinjauan Awal. Kapata Arkeologi Vol 6 No 12. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.
  21. Ririmasse, M. (2011). Laut untuk Semua: Materialisasi Budaya Bahari di Kepulauan Maluku Tenggara. Makalah disampaikan dalam Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi 2011. Banjarmasin 2011.
  22. Spriggs, M. (1998b). Research questions in Maluku archaeology. dalam Cakalele 9: 49-62.
  23. O’Connor, S., Spriggs, M. Veth, P. (2005). The Aru Island in Perspective dalam O’Connor, Sue et.al. The Archaeology of the Aru Island. Canberra: Pandanus Books.
  24. Spriggs, M. & D. Miller. (1988). A previously unreported bronze kettledrum from the Kai Islands, eastern Indonesia. Indo-Pacific Prehistory Association Bulletin 8. Canberra: Australia National University. pp.79-88.
  25. Tanudirdjo, D. (2005). The dispersal of Austronesian-speaking people and the ethnogenesis of Indonesian people. In Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Achipelago. Jakarta: LIPI Press.
  26. Zuhdi, Susanto. Mengapa Bukan Pulau Terdepan dalam Kompas 8 September 2006.