Main Article Content

Abstract

This paper discusses the traces of prehistoric communities in the mountainous region of the Ambon island. This study is more directed to archaeological findings in the form of material culture that is dolmen in expressing their cosmology. Cosmology discussion in this paper is about understanding and views of people in the mountain region of the city of Ambon, Ambon Island on settlement patterns and understanding symbols dolmen. The purpose of writing is to know the and understand the views and understanding of the people in the mountainous region of Ambon City in  Ambon Island on settlement patterns and understanding symbols based on material culture dolmen. Methods ethnoarchaeology the basis for the reviewers' problems referred to with reference to the interview data collection techniques, survey and literature study. The results showed that 1) people in the mountainous region of the city of Ambon, Ambon Island know as stone dolmen Teong, the stone which symbolizes about grouping integrated community. 2) The settlement pattern of people in the mountainous region of the city of Ambon, Ambon Island based cultural material of stone dolmen Teong characterized micro settlements, ie settlements which focuses on the center of the stone dolmen Teong as central settlement. Macro-economic settlement of people in the mountainous region of the city of Ambon, Ambon Island has a characteristic orientation (cosmos) coastal settlement - the mountain. The orientation can be seen in the forms of settlement which extends linearly follow the directions north south and cosmos them about splitting the island, or in other words do not follow geographical settlements length of the island.


Tulisan ini membahas tentang bagaimana jejak-jejak prasejarah orang-orang pegunungan di wilayah Pulau Ambon. Kajian ini lebih mengarah kepada temuan arkeologi berupa budaya material yaitu dolmen dalam mengungkapkan kosmologi mereka. Pembahasan kosmologi dalam tulisan ini adalah mengenai pemahaman dan pandangan orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon tentang pola permukiman dan pemaknaan simbol dolmen. Tujuan penulisan adalah untuk mengatahui dan memahami pandangan dan pemahaman orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon tentang pola permukiman dan pemaknaan simbol berdasarkan budaya bendawi dolmen. Metode etnoarkeologi menjadi dasar dalam penelaah permasalahan dimaksud dengan mengacu pada teknik pengumpulan data wawancara, survei dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon mengenal dolmen dengan sebutan batu teong, yaitu batu yang melambangkan tentang pengelompokkan masyarakat yang terintegrasi. 2) Pola permukiman orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon berdasarkan budaya bendawi dolmen batu teong memiliki ciri permukiman mikro, yaitu permukiman yang menitik beratkan pusat dolmen batu teong sebagai sentral permukiman. Permukiman makro yaitu orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon memiliki ciri orientasi (kosmos) permukiman pantai–gunung. Orientasi tersebut dapat dilihat pada bentuk-bentuk permukiman yang linear memanjang mengikuti arah utara selatan serta kosmos mereka tentang membelah pulau, atau kata lain permukiman tidak mengikuti geografis panjang pulau.

Keywords

Dolmen batu teong permukiman kosmoslogi Pulau Ambon

Article Details

Author Biography

Lucas Wattimena, Balai Arkeologi Maluku

Peneliti di Balai Arkeologi Maluku
How to Cite
Wattimena, L. (2016). Batu Teong di Pegunungan Kota Ambon, Kepulauan Ambon Lease. Kapata Arkeologi, 12(2), 213-220. https://doi.org/10.24832/kapata.v12i2.328

References

  1. Abdurachman, R. Paramitha. (1969). Peninggalan-Peninggalan Yang Berciri Portugis di Ambon. Bunga Rampai Sejarah Maluku 1. (pp. 45-83). Jakarta. Lembaga Penelitian Sejarah Maluku.
  2. Handoko, Wuri. (2015). Budaya Megalitik di Kepulauan Lease, Maluku; Antara Tradisi dan Budaya Integrasi. In Prasetyo Bagyo (Ed). Pernak pernik Megalitik Nusantara. (pp. 377-396). Jogjakarta. Galang Press.
  3. Handoko, Wuri dan Sahulteru, J. Marlyn. (2015). Kearifan Budaya dan Keberlanjutan Religi Megalitik Pulau Seram Propinsi Maluku. In Prasetyo Bagyo (Ed). Pernak pernik Megalitik Nusantara. (pp. 397-412). Jogjakarta. Galang Press.
  4. Keuning, J. (2016). Sejarah Ambon Sampai Akhir Abad Ke-17. Terjemahan Gunawan. S. Jakarta. Ombak.
  5. Pattikayhatu, Jhon. (2005). Sekilas Sejarah Propinsi Maluku. Maluku Menyambut Masa Depan. (pp. 30-38). Ambon. Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
  6. Pattikayhatu, dkk. (2009). Sejarah Negeri dan Desa di Kota Ambon. Ambon. Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga.
  7. Pieter, Jenne Jessica R. (2016). Pemahaman Tentang Tete Nene Moyang, Adat dan Negeri Analisa Struktural Mitos Dalam Suhat Negeri Soya. In Tim Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku (Ed), Prosiding Konferensi Kebudayaan Maluku I (pp.119-134). Ambon: Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
  8. Mansyur, S. (2008). Inventarisasi dan Identifikasi Benteng Kolonial di Propinsi Maluku. In Mundarjito (Ed.), Prosiding Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI (pp. 595–606). Solo: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
  9. Penyusun, Tim. (1999). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Arkeologi Nasional.
  10. Sahulteru, J. Marlyn. (2007). Megalitik di Maluku. Kapata Arkeologi, 3(4). 40-49.
  11. Surbakti, Karyamantha. (2014). Tinggalan Batu Pamali Sebagai Media Pelantikan Raja di Desa Liang Kecamatan Teluk Elpaputih Kabupaten Maluku Tengah. Kapata Arkeologi, 10(2). 77-84.
  12. Sihasale, R. Wem. (2005). Pola Pengelompokkan Masyarakat Adat dan Sistem Pemerintahan Adat di Maluku. Maluku Menyambut Masa Depan. (pp. 67-88). Ambon. Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
  13. Soselisa, Hermien. (2005). Pengelolaan Lingkungan Dalam Budaya Maluku. Maluku Menyambut Masa Depan. (pp. 198-214). Ambon. Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
  14. Soeghondo, dkk. (1994). Researches Report; Survai Kepurbakalaan Maluku (Seram dan Ambon). Ambon. Bidang Prasejarah. Maluku Bagian Proyek Penelitian Purbakala.
  15. Tanudirjo, Daud. (2009). Memikirkan Kembali Etnoarkeologi. Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat. Balai Arkeologi Papua. Vol. 1 (2), 1-15.
  16. Tim penelitian. (2016). Researches Report; Penelitian Arkeologi di Pulau Ambon dan Lease, Propinsi Maluku. Ambon. Balai Arkeologi Maluku (Wilayah Kerja Propinsi Maluku dan Maluku Utara).
  17. Wattimena, Lucas dan Handoko, Wuri. (2012). Hunian Prasejarah di Jasirah Leihitu Pulau Ambon, Maluku. Kapata Arkeologi, 8(1), 51-58.
  18. Wattimena, Lucas. (2014). Rumah Adat di Pesisir Selatan Pulau Seram, Maluku Tinjauan etnoarkeologi. Humaniora Jurnal Budaya, Sastra dan Bahasa, 26(3), 266-275.
  19. Ziwar, Effendi. (1987). Hukum Adat Ambon Lease. Jakarta. Pradnya Paramitha.