Main Article Content

Abstract

Indonesian archeological research institute has been more than a century, marked by the establishment of Oudheidkundige Dienst in 1913, now become Puslit Arkenas to supervise ten of Balai Arkeologi. So with this age, archeological research institute is required to make a real contribution to the nation based on the scientific publication. Scientific journal for decades using the paradigm of the printed journal, but now with many rules imposed by LIPI and Dikti are faced with a new paradigm, that is management of ejournal. The enactment of ejournal regulations positively impact on the dissemination of Indonesian scientific journals globally. Since 2016 counted ten media ejurnal developed by the Puslit Arkenas and Balai Arkeologi have been active online. The condition of Indonesian archaeology ejournals so far have not yet reached the ideal expectations as a level of national research institute, but based on the research result in this study shows that the Indonesian archaeology ejournals have a prospect to become International journal. The result of the study also reveals that there are still some obstacles either in technical or non technical. Puslit Arkenas and Balai Arkeologi are expected to run along to developing strategy towards national accreditation in the near and road to international journal in the long term. The highest contribution of national research institute to the nation is having the research published in scientific journals recognized by one of the two International indexer institutions of high repute, the Thomson Reuters / Web of Sciene and Scopus.

 

Lembaga riset arkeologi Indonesia telah berusia lebih dari satu abad, sejak didirikannya Oudheidkundige Dienst oleh Pemerintah Kolonial di tahun 1913 hingga saat ini menjadi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan membawahi sepuluh Balai Arkeologi. Maka dengan usia yang telah dewasa ini lembaga riset arkeologi dituntut untuk memberikan kontribusi nyata kepada bangsa sesuai marwah lembaga riset, yaitu publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal menjadi parameter kunci untuk menilai kinerja suatu lembaga riset. Jurnal ilmiah yang selama berpuluh tahun menggunakan paradigma jurnal tercetak kini dengan berbagai aturan yang diberlakukan oleh LIPI dan Dikti dihadapkan pada paradigma baru, yaitu pengelolaan jurnal elektronik. Pemberlakuan peraturan ejurnal berdampak positif terhadap diseminasi jurnal ilmiah arkeologi Indonesia secara global. Mulai tahun 2016 terhitung sepuluh media ejurnal yang dibangun oleh Puslit Arkenas dan Balai-Balai Arkeologi telah aktif secara daring. Kondisi ejurnal arkeologi Indonesia sejauh ini terbilang masih belum mencapai harapan ideal sebagai jurnal elektronik di kelas lembaga riset nasional, namun berdasarkan hasil kajian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa prospek ejurnal arkeologi Indonesia menuju jurnal Internasional cukup berpeluang. Namun hasil kajian penelitian ini juga mengungkapkan masih terdapat beberapa kendala baik secara teknis maupun non teknis. Puslit Arkenas dan Balai-Balai Arkeologi diharapkan dapat berjalan bersama dengan menyusun strategi pengembangan ejurnal menuju akreditasi nasional dalam waktu dekat dan menuju jurnal Internasional dalam jangka panjang. Kontribusi tertinggi lembaga riset nasional kepada bangsa adalah dengan memiliki hasil-hasil riset yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah yang diakui oleh salah satu dari dua lembaga pengindeks Internasional bereputasi tinggi, yaitu Thomson Reuters/Web of Sciene dan Scopus.

Keywords

arkeologi ejurnal Puslit Arkenas Balai Arkeologi Indonesia

Article Details

Author Biography

Muhammad Al Mujabuddawat, Balai Arkeologi Maluku

Peneliti di Balai Arkeologi Maluku
How to Cite
Mujabuddawat, M. A. (2017). Babak Baru Jurnal Ilmiah Arkeologi di Indonesia. Kapata Arkeologi, 13(1), 55-72. https://doi.org/10.24832/kapata.v13i1.391

References

  1. Arianto, M. S. (2010). Membangun Database E-Journal (Penguatan Local Content dan Peningkatan Akses Jurnal-Jurnal Kampus). Al-Maktabah, 10(1), 63–81.
  2. Azmi, R. (2012). Analisis Kesiapan Penyelenggara Jaringan Internet di Indonesia dalam Migrasi ke IPv6. Buletin Pos Dan Telekomunikasi, 10(2), 81–89.
  3. Crossref. (2017). Membership Qualification and Rules. Retrieved January 28, 2017, from http://www.crossref.org/
  4. Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual. (2016). Panduan Bantuan Pengelolaan/Tata Kelola Jurnal Elektronik 2016. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
  5. Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual. (2017). Panduan Bantuan Pengelolaan/Tata Kelola Jurnal Elektronik 2017. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
  6. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Peraturan Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah, Pub. L. No. 1 (2014). Indonesia.
  7. Ditlitabmas. (2014). Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  8. DOAJ. (2017a). DOAJ Ranks by Country. Retrieved February 20, 2017, from https://doaj.org/
  9. DOAJ. (2017b). Information for Publisher. Retrieved February 20, 2017, from https://doaj.org/
  10. Google Scholar. (2017). Google Scholar Index of Citations. Retrieved February 20, 2017, from https://scholar.google.co.id/
  11. Greene, K. (1995). Archaeology: An Introduction, The History, Principles and Methods of Modern Archaeology. Archaeology (3rd ed.). London: Routledge.
  12. Harter, S. P. (1998). Scholarly Communication and Electronic Journals: an Impact Study. Journal of the American Society for Information Sciene, 49(6), 507–516.
  13. Kepala LIPI. Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah, Pub. L. No. 3 (2014). Indonesia.
  14. Kepala LIPI. Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti, Pub. L. No. 2 (2014). Indonesia.
  15. LPDP. (2016). Penghargaan Publikasi Ilmiah Internasional. Retrieved February 11, 2017, from http://lpdp.kemenkeu.go.id/
  16. Lukman. (2015). Materi Workshop: Mekanisme Pengajuan Akreditasi Jurnal Ilmiah Melalui Arjuna. Jakarta: Pusbindiklat Peneliti LIPI dan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.
  17. Lukman, Atmaja, T. D., & Hidayat, D. S. (2016). Manajemen Penerbitan Jurnal Elektronik. (Istadi, Ed.) (1st ed.). Jakarta: LIPI Press.
  18. McGimsey, C. R. (1977). The Management of Archaeological Resources, The Airlie House Report. (H. A. Davis, Ed.). Washington D.C.: Society for American Archaeology.
  19. Menteri Keuangan RI. Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2017, Pub. L. No. 106/PMK.02/2016 (2016). Indonesia.
  20. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Organisasi dan Tata Kerja Balai Arkeologi, Pub. L. No. 56 (2012). Indonesia.
  21. Miswan. (2002). Jurnal Elektronik sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah. Al-Maktabah, 4(1), 1–12.
  22. Noerwidi, S. (2006). Video Digital untuk Arkeologi. In Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
  23. openjournalsystems.com. (2017). OJS Hacking Epidemic Solutions. Retrieved February 17, 2017, from https://openjournalsystems.com/
  24. Poentarie, E. (2010). Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi Pemasaran Online (Studi Kasus UKM Subur Ceramic Pengrajin Gerabah Kasongan Daerah Istimewa Yogyakarta). JPKP, 11(3), 376–402.
  25. Public Knowledge Project. (2017). OJS Update Download. Retrieved February 11, 2017, from https://pkp.sfu.ca/
  26. Ririmasse, M. N. (2015a). Abad Baru Purbakala: Memilih Arah Menentukan Peran Penelitian Arkeologi di Maluku. Kapata Arkeologi, 11(2), 75–86.
  27. Ririmasse, M. N. (2015b). Peneliti Arkeologi di Indonesia: Antara Idealisme dan Kenyataan. Kapata Arkeologi, 11(1), 53–66.
  28. Sari, A. K. (2014). Pemanfaatan Jurnal Elektronik terhadap Pemustaka di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.
  29. Scopus. (2017). Number of Indexed Journals. Retrieved February 10, 2017, from https//www.scopus.com/
  30. Simanjuntak, T. (2008). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
  31. Sofian, H. O., & Hendrata, A. O. (2012). Nasib Pengelolaan Situs Web Arkeologi Indonesia: Studi Kasus Situs Web Puslitbang Arkeologi dan Balai Arkeologi. Siddhayatra, 17(1), 59–66.
  32. Suantika, I. W. (2005). Visi dan Misi Balai Arkeologi Ambon. Kapata Arkeologi, 1(1), 1–20.
  33. Utomo, E. P. (2007). Pengantar Jaringan Komputer Bagi Pemula. Bandung: C.V. Yrama Widya.
  34. www.flagcounter.com. (2017). Details of Statistic. Retrieved February 20, 2017, from http://s11.flagcounter.com/
  35. www.supercounters.com. (2017). Stats Overview. Retrieved February 20, 2017, from http://www.supercounters.com/
  36. Yin, R. K. (2003). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.