Main Article Content
Abstract
Pulau Samosir berada di tengah-tengah Danau Toba sebagai bagian dari proses geologi terkait dengan erupsi Gunung Toba. Keberadaan danau itu sendiri menjadi daya tarik sebuah objek wisata. Adanya berbagai tinggalan arkeologis berupa objek megalitik terkait dengan tradisi upacara kematian masyarakat Batak Toba yang berlangsung sejak lama. Prosesi kematian dan adat istiadat yang masih berlangsung hingga saat ini disadari menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik minat wisatawan jika dikembangkan. Pengelolaan objek tradisi megalitik sebagai objek pariwisata di wilayah ini relatif belum maksimal, sehingga diperlukan upaya mengidentifikasi objek-objek dimaksud disertai dengan uraian informasi yang bersifat ilmiah serta membangun konsep pariwisata yang ideal. Berkenaan dengan itu wadah kubur dan objek arkeologis lainnya menjadi uraian kajian, disertai dengan konsep pengembangan pariwisata berkarakter lokal menjadi bagian dari pembahasannya. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, dan studi kepustakaan. Objek-objek arkeologi dideskripsikan lalu diinterpretasi secara induktif atas analogi dengan objek sejenis di tempat lainnya. Berdasarkan hasil pembahasan di dalam penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa tinggalan arkeologi di Pulau Samosir didominasi oleh wadah kubur yang merupakan tradisi megalitik. Tradisi megalitik ini erat berkaitan dengan konsepsi upacara kematian yang masih berlangsung di masyarakat Batak Toba saat ini. Keterkaitan antara objek arkeologi dengan tradisi masyarakat yang masih berlangsung dapat dikemas dalam satu ide pariwisata minat khusus objek sejarah berkarakter lokal. Pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal diharapkan dapat memberikan dampak langsung baik secara ekonomi maupun merawat keberlangsungan tradisi dan objek arkeologi itu sendiri, juga memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi atraksi wisata dalam perspektif baru di Pulau Samosir.
Samosir Island is in the middle of Lake Toba as part of a geological process related to Mount Toba's eruption. The existence of the lake itself becomes an attraction for a tourist attraction. There are various archaeological remains in the form of megalithic objects related to the Toba Batak community death ceremony tradition, which has lasted a long time. The procession of death and customs, which are still ongoing today, is considered a tourist attraction that will attract tourists if developed. The management of megalithic tradition as tourism objects in this region is relatively inadequate. Efforts to identify these objects are required, accompanied by descriptions of scientific information and building an ideal tourism concept. Therefore, burial container and other archaeological objects are the study's description, accompanied by the concept of developing tourism with local character as part of the discussion. The method in this research is descriptive analysis and literature study. Archaeological objects are described and interpreted inductively. The results of this study concluded that the archaeological remains on Samosir Island are dominated by burial containers, which belong to the megalithic tradition. This megalithic tradition is closely related to the conception of death ceremonies which is still sustained in the Batak Toba community today. The relationship between archaeological objects and community traditions can be packaged into tourism ideas of particular interest of local character. Tourism management that involves local communities is expected to impact economically and maintain both the traditions and archaeological objects themselves. This idea is also considered to have great potential for tourist attractions of a new perspective in Samosir Island.
Keywords
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Kapata Arkeologi by Balai Arkeologi Maluku. Permissions beyond the scope of this license may be available at Copyright Notice.
References
- Abdullah, I. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- ArcGIS Database. (2019). GEBCO 2019 Basemap (NOAA NCEI Visualization). Retrieved October 19, 2020, from ArcGIS Hub website: http://hub.arcgis.com/datasets/
- Ardika, I. G. (2003). Komponen Budaya Bali sebagai Daya Tarik Wisata. In I. G. Ardika (Ed.), Pariwisata Budaya Berkelanjutan. Refleksi dan Harapan di Tengah Perkembangan Global (pp. 49–56). Denpasar: Program Studi Magister (S2) Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana.
- Ardiwidjaja, R. (2019). Preservation of World Heritage Sites Viewed from the Perspective of Sustainable Tourism Development. Kapata Arkeologi, 15(1), 25–34.
- Arida, N. S. (2009). Meretas Ekowisata Bali, Proses Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan Tantangan Ekowisata di Tiga Desa Kuno Bali. Denpasar: Udayana University Press.
- Astiti, N. K. A. (2016). Sumber Daya Arkeologi dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Provinsi Maluku. Kapata Arkeologi, 12(1), 15–28.
- Astiti, N. K. A. (2017). Kawasan Kompleks Bangunan Megalitik di Kabupaten Lahat sebagai Daya Tarik Wisata Budaya dan Alam. Kapata Arkeologi, 13(2), 195–208.
- Bellwood, P. (2000). Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia (D. A. Tanudirjo, Anggraeni, D. Witjaksono, & Mahirta, Eds.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Bonat, D. (2015). 4000 Tahun Jejak Permukaan Manusia Sumatera, Perspektif Arkeologis di Dataran Tinggi Pulau Sumatera. Medan: Unimed Press.
- Budisantosa, T. M. (2011). Megalit dan Kubur Tempayan Dataran Tinggi Jambi: Situs Lolo Gedang, Kerinci. In Asia Tenggara dalam Persepektif Arkeologi. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.
- Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures. New York: Basic Books.
- Geertz, C. (1995). After the Fact: Two Countries, Four Decades, One Anthropologist, The Jerusalem-Harvard Lectures. Cambridge: Harvard University Press.
- Gultom, I. (2010). Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara.
- Harrison, R. (2013). Heritage Critical Approaches. London: Routledge.
- Heekeren, H. R. van. (1958). The Bronze-Iron Age of Indonesia. S-Gravenhage: Martinus Nijhoff.
- Koentjaraningrat, R. M. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
- Koentjaraningrat, R. M. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
- Kurnianingsih, A. (2008). Simulacra Bali: Ambiguitas Tradisionalisasi Orang Bali. Yogyakarta: Insist Press.
- Manuaba, A. (2009). Dengan Eco Tourism Membangun Bali Lestari. In N. S. Arida (Ed.), Meretas Jalan Ekowisata Bali: Proses Pengembangan, Partisipasi Lokal, Dan Tantangan Ekowisata Di Tiga Desa Kuno Bali. Denpasar: Udayana University Press.
- Perry, W. J. (1918). The Megalithic Culture of Indonesia. Manchester: University Press.
- Picard, M. (2006). Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
- Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid I: Zaman Prasejarah di Indonesia (R. P. Soejono, Ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
- Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (2009). Sejarah Nasional Indonesia 1, Zaman Prasejarah di Indonesia (R. P. Soejono, Ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
- Pratomo, I. (2014). Potensi Geologi Kawasan Kaldera Toba. Sosialisasi Geologi Untuk Guru-Guru Geografi Se-Kawasan Danau Toba. Prapat: Badan Geologi.
- Ritzer, G., & Smart, B. (2011). Hand Book Teori Sosial. Jakarta: Nusa Media.
- Schnitger, F. M. (1939). Les monuments mégalithiques de Nias. Revue Des Arts Asiatiques, 13(2), 78–84.
- Simanjuntak, B. A. (2006). Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Simanjuntak, B. A. (2015). Arti dan fungsi tanah bagi masyarakat Batak Toba, Karo, Simalungun (Edisi Pembaruan). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
- Soejono, R. P. (1989). Beberapa Masalah tentang Tradisi Megalitik. Pertemuan Ilmiah Arkeologi V. Yogyakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
- Soejono, R. P. (2008). Sistem-Sistem Penguburan pada Akhir Masa Prasejarah di Bali. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
- Surbakti, K. (2017). Kebijakan Pengelolaan Warisan Budaya Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 (Perihal Pemberian Insentif dan Kompensasi). Kapata Arkeologi, 13(2), 141–150.
- Sutaba, I. M. (2001). Tahta Batu Prasejarah di Bali, Telaah tentang Bentuk dan Fungsinya. Yogyakarta: Yayasan Mahavhira.
- Sztompka, P. (2010). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
- UU RI. Undang-Undang tentang Cagar Budaya. , Pub. L. No. 11 (2010).
- Van Bemmelen, R. W. (1970). The Geology of Indonesia. Den Haag: Nijhoff.
- Wiradnyana, K. (2015). Paradigma Perubahan Evolusi pada Budaya Megalitik di Wilayah Budaya Nias. Kapata Arkeologi, 11(2), 87–96.
- Wiradnyana, K. (2017). Mereposisi Fungsi Menhir dalam Tradisi Megalitik Batak Toba. Sangkhakala Berkala Arkeologi, 20(1), 33–47.
- Wiradnyana, K. (2018). Michel Faocault, Arkeologi Pengetahuan dan Pengetahuan Arkeologi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
- Wiradnyana, K. (2019). Arkeologi dan Nilai Penting. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Wiradnyana, K., Koestoro, L. P., Setiawan, T., Siahaan, P. H. H., & Purnawibowo, S. (2016). Berita Penelitian Arkeologi No. 30: Menyusuri Jejak Peradaban Masa Lalu Pulau Samosir. Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara.
- Wiradnyana, K., & Setiawan, T. (2013). Wisata Arkeologi Jejak Peninggalan Tradisi Megalitik di Kabupaten Samosir. Samosir: Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir.
- World Imagery by ESRI. (2020). World Imagery source: Esri, Maxar, GeoEye, Earthstar Geographics, CNES/Airbus DS, USDA, USGS, AeroGRID, IGN, and the GIS User Community.