Main Article Content
Abstract
Keberadaan dan perkembangan lembaga pendidikan di Banjar, Kalimantan Selatan, sebagai reaksi terhadap Etische Politiek (Kebijakan Etis Belanda) relatif pesat. Namun, penelitian terkait hal tersebut masih terkesan minim, seringkali hanya berupa biografi tokoh, ulama, dan sejarah Islam yang diyakini oleh masyarakat Banjar. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa meskipun kolonial Belanda menerapkan Kebijakan Etis sebagai pembatasan hak pendidikan pribumi, para elit ulama, cendekiawan, dan pedagang menanggapi aturan tersebut dengan membentuk lembaga pendidikan tandingan, baik yang berbasis pada nasionalisme dan yang berbasis Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-intelektual sejarah dan historis-kritis. Metode ini digunakan karena mengamati sejarah gerakan pendidikan di Banjar sebagai respon terhadap pendidikan yang diselenggarakan oleh Belanda. Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa sejarah yang berkaitan langsung dengan pendidikan di Banjar. Tahapan penelitian ini antara lain: heuristik, verifikasi atau kritik, interpretasi, dan historiografi. Selanjutnya, data yang ditemukan ditulis secara kronologis menurut catatan sejarah para penulis sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Etis pada aspek pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap masyarakat Banjar karena mereka lebih memilih madrasah atau pesantren untuk sekolah, serta sekolah nasionalis, yang secara konsisten menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat kemerdekaan.
The existence and development of educational institutions in Banjar, South Kalimantan, as a reaction to Etische Politiek (Dutch Ethical Policy) are relatively rapid. However, the research related to it still seems minimal, often only in the form of biographies of figures, scholars, and the history of Islam believed by the Banjarese. The research aims to prove that although the Dutch colonials applied the Ethical Policy as a limitation of indigenous education rights, the elites who were ulama (Islamic clerics), intellectuals, and traders responded to these rules by forming rival educational institutions, both those based on nationalism and those based on Islam. This research uses a socio-intellectual history and historical-critical approach. These methods are used because it observes the history of the education movement in Banjar as a response to education organized by the Dutch. This approach aims to describe historical events that are directly related to education in Banjar. This research takes the following steps: heuristics, verification or criticism, interpretation, and historiography. Then, the data found are written chronologically according to the historical records of the historical writers. The research shows that Ethical Policy on the education aspect did not significantly influence the Banjarese because they preferred madrasa or pesantren for school, as well as nationalist schools, which consistently fostered a sense of love for the homeland and the spirit of independence.
Keywords
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Kapata Arkeologi by Balai Arkeologi Maluku. Permissions beyond the scope of this license may be available at Copyright Notice.
References
- Abdullah, N. (2016). Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969). Jurnal Sosiologi Agama, 10(2), 51–82.
- Amini, M. (2012). Private Issues in Pesat in Late Colonial Java. Paramita: Historical Studies Journal, 22(2).
- Anshari, A. H. (2003). H. A. Makkie Anak Pondok: Pengabdian Tiada Henti Seorang Santri. Amuntai: Yayasan Ponpes Rakha.
- Artha, A. (1970). Sedjarah Kota Bandjarmasin. Banjarmasin: Museum Bandjar Lambung Mangkurat.
- Aziddin, Y. (1981). Sejarah Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
- Bala Tentara Islam. (1924, December). Goeroe Ordonantie. Bala Tentara Islam, Sarekat Islam.
- Basundoro, P. (2012). Penduduk dan Hubungan Antaretnis di Kota Surabaya Pada Masa Kolonial. Paramita: Historical Studies Journal, 22(1).
- Bruinessen, M. van. (1995). Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Tradisi-tradisi Islam di Indonesia). Bandung: Mizan.
- Daulay, H. H. P. (2016). Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jakarta: Kencana.
- Dewantara, K. H. (1933). “Pola—Wasita” Kitab Soeloeh Pendidikan ; Kitab ke I. Jogjakarta: Madjelis Peroesahaan Kitab dari Persatoean Taman Siswa.
- el-Mawqa el-Rasmi Li Sihamah el-Sheikh Abd el-Aziz ben Abdellah Ali el-Sheikh. (2021). الحكم على حديث. Retrieved June 22, 2021, from https://binbaz.org.sa/
- Emalia, I. (2006). Historiografi Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian, UIN Jakarta & UIN Jakarta Press.
- Furchan, A. (2002). Developing Pancasialist Muslim: Islamic Religious Education in Public School. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
- Gilman, D. C. (2019). The New International Encyclopedia, Vol. 3 (Classic Reprint). London: Forgotten Books.
- Gottschalk, L. (1983). Understanding of History, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.
- Gouvernements Nederlandsch-Indie. (1914). Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 359. Batavia: Landsdrukkerij.
- Hardi. (1993). Daerah Istimewa Aceh: Latar Belakang Politik dan Masa Depannya. Jakarta: Cita Panca Serangkai.
- Harum, D. M. (2017). Representasi Kolonialisne dalam Tjerita Nji Paina Karya H. Kommer. Aksara, 29(2), 155–169.
- Hayes, C. J. H. (1945). A Political and Cultural History of Modern Europe. New York: Macmillan Company.
- Hendri, H. (2017). Kebijakan Politik Pendidikan Tinggi Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia (1920—1942). Diakronika, 17(1), 32–44.
- Hurgronje, C. S., & Gobée, E. (1965). Ambtelijke Adviezen van C. Snouck Hurgronje: 1889-1936. Leiden: Martinus Nijhoff.
- Hurgronje, C. S. (1890). Vereniging Politiek. In Bundle Besluit, Koloniaal verslag van 1890. Arsip Nasional Republik Indonesia.
- J. Mjn. (1959). Mimbar Penerangan. Jakarta: Kementerian Penerangan.
- Kartodirdjo, S., Poesponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (1992). Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka & Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Koesrianti. (2014). Association of South East Asian Nations (ASEAN): Sejarah Konstitusi dan Integrasi Kawasan. Surabaya: Airlangga University Press.
- Maarif, A. S. (2000). Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik. Jakarta: Pustaka Cidesindo dan Dinamika.
- Makmur, A. (2012). Peranan Ulama dalam Membina Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 36(1).
- Nawawi, H. R. (1984). Tata Kelakuan di Lingkungan Pergaulan Keluarga dan Masyarakat Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
- Nawawi, H. R. (1992). Sejarah Pendidikan Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian, Pengkajian, dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.
- Ngabiyanto, N., Kameo, D. D., Ismanto, B., & Wiloso, P. G. (2019). The Indonesian Teacher’s Dilemmas From Colonial to Reformasi Era: Non-Permanent Teacher’s Welfare And Status Issues. Paramita: Historical Studies Journal, 29(1), 102–118.
- Noer, D. (1996). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.
- Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. (2003). Sejarah Banjar (1st ed.). Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan.
- Saleh, M. I. (1986). Sejarah Daerah Tematis Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat.
- Sihbudi, M. R. (1997). Indonesia Timur Tengah: Masalah dan prospek. Depok: Gema Insani.
- Soeratman, D. (1989). Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
- Steenbrink, K. A. (1986). Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Durun Modern. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
- Subroto, G. (2014). Hubungan Pendidikan dan Ekonomi:Perspektif Teori dan Empiris. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20(3), 390–405.
- Sucipto, H. (2005). Tajdid Muhammadiyah: Dari Ahmad Dahlan Hingga A. Syafii Maarif. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
- Suminto, H. A. (1985). Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voor Inlandsche Zaken. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
- Suryabrata, S. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Susanto, S. (2017). Nuansa Kota Kolonial Surakarta Awal Abad XX: Fase Hilangnya Identitas Lokal. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(1), 4–18.
- Syaharuddin. (2017). Orang Banjar Menjadi Indonesia Dinamika Organisaasi Islam di Borneo Selatan 1912-1942 (M. N. Salim, ed.). Yogyakarta: Eja Publisher.
- Syahran, M. (1972). Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan Muhammadiyah di Kalimantan Selatan (1914—1942). Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
- Syaifullah. (1997). Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
- Vaisutis, J. (2007). Indonesia (Lonely Planet Travel Guides). Melbourne: Lonely Planet.
- Vlekke, B. H. M. (2008). Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
- Wadley, R. L. (2005). Histories of the Borneo Environment: Economic, Political and Social Dimensions of Change and Continuity. Leiden: KITLV Press.
- Wajidi. (2007). Nasionalisme dan Revolusi Indonesia di Kalimantan Selatan 1900-1950. Banjarmasin: Pustaka Banua.
- Yunus, M. (1992). Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Hida Karya.