Main Article Content

Abstract

Kerajaan-kerajaan masa Jawa Kuno dikenal sebagai negara agraris. Meskipun demikian tidak menjadikan kerajaan-kerajaan tersebut hanya bergerak di bidang pertanian saja, tetapi juga di bidang kemaritiman. Informasi yang menjelaskan kehidupan dan aktivitas kemaritiman pada masa Jawa Kuno didapatkan dari data arkeologis dan tekstual berupa prasasti, berita asing, dan naskah. Data tekstual yang dipakai sebagai sumber, umumnya dibagi ke dalam sumber primer dan sekunder. Sumber primer dianggap sebagai data yang lebih akurat dibandingkan dengan sumber sekunder, karena merupakan dokumen penting dan ditulis pada masanya. Data tekstual yang dianggap sebagai sumber primer adalah prasasti dan berita asing (tambo Dinasti Cina dan berita dari orang Eropa terutama Portugis), sedangkan yang dianggap sumber sekunder adalah naskah terutama karya sastra. Tujuan dari penulisan ini adalah mengungkapkan berbagai hal terkait aktivitas kemaritiman pada masa Jawa Kuno, terutama yang digambarkan dalam karya-karya sastra. Ternyata dalam karya sastra dari masa Kaḍiri-Majapahit banyak menuliskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kemaritiman, baik jenis perahu, perahu karam, bajak laut, maupun aktivitas masyarakat pesisir. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa karya-karya sastra meskipun dianggap sebagai data sekunder, namun dari tulisan karya sastra terdapat kebenaran data yang tidak didapatkan dalam data primer.


The kingdoms of the Old Javanese period were known as agrarian. However, this does not make these kingdoms only engaged in agriculture but also the maritime sector. Much information that contains maritime culture and activities during the Old Javanese period was acquired from various archaeological and textual data such as ancient inscriptions, foreign records, and texts. Textual data used as sources segmented into primary and secondary sources. Primary sources are considered more accurate than secondary sources because the primary sources record many events written at that time. Textual data that are considered primary sources are ancient inscriptions and foreign evidence such as the Chinese Dynasty tambo and European records, mostly Portuguese. Meanwhile, secondary sources such as ancient manuscripts, mainly ancient literary texts. This study aims to reveal various affairs related to maritime activities in the Old Javanese period, especially those expressed and portrayed in ancient literature. By the initial study, ancient literature from the Kaḍiri-Majapahit period contains many things related to maritime culture, both types of watercraft, shipwrecks, pirates, and the activities of the people who lived in the seacoast environment. The method used in this study is descriptive analysis with a qualitative approach. This study shows not much description of the maritime culture in Old Javanese inscriptions as the primary sources. However, it figures prominently in literary texts that contained many interesting facts. Historical information about maritime affairs in the Old Javanese period can be interpreted in more detail with supplementary information from literary texts as secondary sources.

Keywords

maritime boat shipwreck literary works Old Javanese literature

Article Details

Author Biography

Titi Surti Nastiti, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Research Professor at Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

How to Cite
Nastiti, T. S. (2021). Maritime in the Literary Works during The Kaḍiri- Majapahit Period (XII –XVI Centuries). Kapata Arkeologi, 17(1), 21-32. https://doi.org/10.24832/kapata.v17i1.21-32

References

  1. Abbas, N. (2009). Perahu Kuno di Situs Punjulharjo, Rembang. In Berita Penelitian Arkeologi No. 23. Yogyakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Yogyakarta.
  2. Admin KKP. (2018). FAQ Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Retrieved June 10, 2019, from Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia website: https://kkp.go.id/artikel/2639-faq-barang-muatan-kapal-tenggelam-bmkt
  3. ArcGIS Database. (2019). GEBCO 2019 Basemap (NOAA NCEI Visualization). Retrieved April 2, 2020, from ArcGIS Hub website: http://hub.arcgis.com/datasets/
  4. Bellwood, P. (2006). Äustronesian Prehistory in Southeast Asia: Homeland, Expansion and Transformation. In P. Bellwood, J. J. Fox, & T. Darrell (Eds.), The Austronesian: Historical and Comparative Perspective (pp. 103–114). Canberra: ANU E Press. DOI: https://doi.org/10.22459/A.09.2006.05
  5. Berg, C. C. (1931). Een Nieuwe Redactie van den Roman van Raden Wijaya. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 88, 1–48. DOI: https://doi.org/10.1163/22134379-90001450
  6. Brandes, J. L. A. (1904). Beschrijving van de ruine by desa Toempang genaam Tjandi Djagom in de residentie Pasoeroean. ‘s-Gravenhage: Mart. Nijhoff, Batavia: Albrecht & Co.
  7. Brandes, J. L. A. (1913). Oud-Javaansche Oorkonde, nagelaten transcripties van wijlen Dr. J.L.A. Brandes, uitgegeven door N.J. Krom. VBG, Batavia and’s-Gravenhage, 60.
  8. FishIDER. (2019). Species List. Retrieved April 10, 2020, from Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia website: https://fishider.org/en/species
  9. Hirth, F., & Rockhill, W. W. (1966). Chau Ju-kua: on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteenth Centuries, Entitled Chu-fan-chi. Translated from the Chinese and Annotated. Amsterdam: Oriental Press.
  10. Indradjaja, A. (2017). Situs Bale Kambang, Batang, di dalam Jaringan Perdagangan Maritim pada Masa Hindu-Buddha. In B. B. Utomo (Ed.), Kemaritiman Nusantara (pp. 98–110). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
  11. Kempers, B. (1980). The Pendopo Terrace of Panataran. In S. Suleiman (Ed.), The Pendopo Terrace of Panataran. Jakarta: Proyek Penelitian Purbakala.
  12. Mastuti, D. W. R., & Bramantyo, H. (2019). Kakawin Sutasoma by Mpu Tantular (2nd ed.; D. W. R. Mastuti & H. Bramantyo, Eds.). Depok: Komunitas Bambu.
  13. Mundarjito. (2007). Paradigma dalam Arkeologi Maritim. Wacana, 1–20(9), 1. DOI: https://doi.org/10.17510/wjhi.v9i1.229
  14. Nastiti, T. S. (2003). Pasar di Jawa Masa Matarām Kuna Abad VIII-XI Masehi. Jakarta: Pustaka Jaya.
  15. Nastiti, T. S. (2016). Perempuan Jawa, Kedudukan dan Perananya pada Abad VIII-XVI Masehi. Bandung: Pustaka Jaya.
  16. Nugroho, I. D. (2011). Majapahit. Peradaban Maritim Ketika Nusantara menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia. Jakarta: Yayasan Suluh Nuswantara Bakti.
  17. Pigeaud, T. G. T. (1963). Java in the Fourteenth Century: A Study in Cultural History. The Nagara-Kertagama by Rakawi Prapañca of Majapahit, 1365 A.D. The Hague: Martinus Nijhoff. DOI: https://doi.org/10.1007/978-94-011-8778-7
  18. Purwanti, R. (2018). Damar dalam Jaringan Perdagangan Masa Kerajaan Sriwijaya. In S. Raharjo, W. D. Ramelan, N. Anggraeni, & T. S. Nastiti (Eds.), Warisan Budaya Maritim Nusantara (pp. 60–68). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).
  19. Rachmad, Y. (2019). Budaya Bahari Masyarakat Sriwijaya pada Masa Pra-Modern. Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 23–30. DOI: https://doi.org/10.24114/jasmerah.v1i2.13075
  20. Rahmawati, M., Riyadi, M. I., & Rizaldy, R. J. (2019). Sungai Bengawan Solo: Tinjauan Sejarah Maritim dan Perdagangan di Laut Jawa. Jurnal Candrasangkala, 5(2), 24–39.
  21. Sadzali, A. M. (2018). Evaluasi Konservasi Perahu Kuno Punjulharjo dan Pengembangan Objek di Masa Depan dalam Penguatan Identitas. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 2(1), 51–66.
  22. Sadzali, A. M. (2019). Hulu ke Hilir: Jaringan dan Sistem Perniagaan Sungai Kerajaan Srivijaya. Paradigma Jurnal Kajian Budaya, 9(1), 61–82. DOI: https://doi.org/10.17510/paradigma.v9i1.276
  23. Sedyawati, E. (1986). Keadaan Masyarakat Jawa Kuno, Masa Kadiri dan Masalah Penafsirannya. In S. Sulaeman (Ed.), Pertemuan Ilmiah Arkeologi ke-III. Jakarta: Proyek Penelitian Purbakala Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  24. Sedyawati, E. (1994). Pengarcaan Gaṇeśa Masa Kaḍiri dan Siŋhasāri, Sebuah Tinjuan Sejarah Kesenian. Jakarta: LIPI-RUL.
  25. Simanjuntak, T. (2015). Progres Penelitian Austronesia di Nusantara. Amerta, 33(1), 25–44. DOI: https://doi.org/10.24832/amt.v33i1.211
  26. Siregar, S. M. (2018). Jejak-Jejak Perdagangan di DAS Musi pada Masa Sriwijaya. In S. Raharjo, W. D. Ramelan, N. Anggraeni, & T. S. Nastiti (Eds.), Warisan Budaya Maritim Nusantara (pp. 123–136). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).
  27. Suhartono, Y. (2018). Rekonstruksi Kehidupan Maritim pada Masa Mataram Kuno berdasarkan Relief Candi Borobudur. In S. Raharjo, W. D. Ramelan, N. Anggraeni, & T. S. Nastiti (Eds.), Warisan Budaya Maritim Nusantara (pp. 156–165). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).
  28. Thufail, F. I. (2018). Pendekatan Teori Jaringan-Aktor (Actor-Network Theory) dan Konsep Assemblage dalam Kajian Arkeologi Maritim. In S. Raharjo, W. D. Ramelan, N. Anggraeni, & T. S. Nastiti (Eds.), Warisan Budaya Maritim Nusantara (pp. 236–245). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).
  29. Tim Humas DJKN. (2019). Menguak Sejarah dari Dasar Laut Melalui BMKT. Retrieved June 10, 2019, from Berita DJKN, Kementerian Keuangan Republik Indonesia website: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/17537/Menguak-Sejarah-dari-Dasar-Laut-Melalui-BMKT
  30. Tim Redaksi KBBI. (2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia (5th ed.). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  31. Tjahjono, B. D. (2017). Matarām Kuno: Agraris atau Maritim. In B. B. Utomo (Ed.), Kemaritiman Nusantara (pp. 81–98). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
  32. Utomo, B. B. (2018). Pelabuhan Sungai Kota Kapur di Masa Lampau. In S. Raharjo, W. D. Ramelan, N. Anggraeni, & T. S. Nastiti (Eds.), Warisan Budaya Maritim Nusantara (pp. 98–115). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
  33. van Erp, T. (1923). Voorstellingen van vaartuigen op de reliefs van den Boroboedoer. In T. van Erp (Ed.), Nederlandsch Indië Oud en Nieuw 8ste jg (pp. 227–255). s’-Gravenhage: Monographieen over Kunst en Cultuur.
  34. Wahjudi, W. R. (2014). Alat-alat Transportasi Masa Majapahit. In Inspirasi Majapahit (pp. 83–95). Yogyakarta: Yayasan Arsari Djojohadikusumo bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Universita Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin.
  35. Wheatley, P. (1959). Geographical Notes on Some Commodities involved in Sung Maritime Trade. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, 32(2 (186)), 3–139.
  36. Winaya, A. (2018). Cakrawala Maṇḍala Dwīpāntara: Wawasan Kemaritiman Kerajaan Singhasari. In S. Raharjo, W. D. Ramelan, N. Anggraeni, & T. S. Nastiti (Eds.), Warisan Budaya Maritim Nusantara (pp. 137–147). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).
  37. Wirjosuparto, R. M. S. (1960). Kakawin Ghaṭotkacaśraya, Tjerita Lakon dalam Bahasa Kawi. Dissertation Universitas Indonesia.
  38. Wolters, O. W. (1967). Early Indonesian Commerce: A Study of the Origins of Çrīvijaya. Ithaca: Cornell University Press.
  39. Worsley, P., Supomo, S., & Fletchert, M. (2014). Kakawin Sumanasantaka: Mati karena Bunga Sumanasa karya Mpu Monaguna Kajian sebuah Puisi Epik Jawa Kuno. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  40. Wurjantoro, E. (2018). Anugerah Sri Maharaja, Kumpulan Alihaksara dan Alihbahasa Prasasti-prasasti Jawa Kuna dari Abad VIII-XI. Jakarta: Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
  41. Yulinnas, S. (2016). Pedagang Pilih Jual Ikan Asin. Retrieved June 10, 2019, from Nusantara, Media Indonesia website: https://mediaindonesia.com/nusantara/68079/pedagang-pilih-jual-ikan-asin
  42. Zoetmulder, P. J. (2004). Kamus Jawa Kuna (4th ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.